F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Perspektif. Show all posts
Showing posts with label Perspektif. Show all posts

0 Perspektif: Dosa dan Penderitaan (2)


Oleh: Martin Simamora

Ketika Allah Melakukan Perhitungan-Perhitungan Di Muka Bumi Sekarang Ini: Akankah Ia Akan Mengutarakan-Nya Secara Terus Terang?


Embed from Getty Images



Allah Melakukan Perhitungan-Perhitungan Di Muka Bumi
Sebagai Allah yang berdaulat, Ia melaksanakan kebenaran, kekudusan dan keadilan-Nya memerintah secara sempurna tak bercela. Secara sempurna dan tak bercela di sini, maksudnya, bahkan Ia tak memerlukan pertimbangan makhluk-makhluk ciptaan dimanapun juga untuk mendasarkan keputusan-keputusan-Nya apapun juga, walau dalam indra-indra manusia sangat mungkin janggal dan menggelikan. Ketika Ia mengadakan perhitungan-perhitungan dalam kaitan memerintahnya kebenaran, kekudusan dan keadilan-Nya maka memang satu-satunya pertimbangan adalah IA sendiri dan hanya bagi diri-Nya sendiri. Sehingga tak mengherankan kalau eksekusi perhitungan-perhitungan Allah melawan beragam wujud dosa/penyimpangan bisa menjadi keterkejutan bagi manusia bahkan sekalipun Ia memutuskan untuk mengungkapkan maksud-Nya untuk melaksanakan atau mengeksekusi perhitungan-perhitungan di muka bumi ini. Dalam beberapa kasus, Allah memang menyingkapkan maksud-Nya dalam melakukan perhitungan-perhitungan-Nya perhatikan sejumlah peristiwa berikut ini:

▬Kepada Abraham: Berpikirlah TUHAN: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?- Kej 18:17

▬Kepada Nuh: Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi. Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.

▬Kepada Musa: Dan TUHAN berfirman: "Tetapi Aku tahu, bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat. Tetapi Aku akan mengacungkan tangan-Ku dan memukul Mesir dengan segala perbuatan yang ajaib, yang akan Kulakukan di tengah-tengahnya; sesudah itu ia akan membiarkan kamu pergi.-Keluaran 3:19-20

▬Kepada Yesaya: Turunlah dan duduklah di atas debu, hai anak dara, puteri Babel! Duduklah di tanah dengan tidak bertakhta, hai puteri Kasdim! Sebab engkau tidak akan disebutkan lagi manis dan genit. Ambillah batu kilangan dan gilinglah tepung, bukalah kerudungmu; angkatlah sarungmu, singkapkanlah paha, seberangilah sungai-sungai! Biarlah auratmu tersingkap dan aibmu kelihatan! Aku akan mengadakan pembalasan dan tidak menyayangkan seorangpun, kata Penebus kami, TUHAN semesta alam nama-Nya, Yang Mahakudus, Allah Israel.- Yesaya 47:1-4

Dan seterusnya anda akan menemukan pola-pola semacam ini dalam Alkitab, bahwa Allah melakukan perhitungan-perhitungan di muka bumi ini.


Pada hakekatnya, sebagaimana telah saya kemukakan, bahwa secara umum (Karena ada pengecualian bagi Ayub dan Yesus pada ketiadaan relasi penderitaan terhadap dosa sebagai konsekuensi ) penderitaan atau kesengsaraan manusia sebagai individu hingga sebagai bangsa, berakar dari dosa. Celakanya lagi, dalam kemajuan zaman, dosa-dosa pun merevolusi jiwa manusia sedemikian rupa sehingga telah menakarnya bukan dosa, tetapi setidak-tidaknya tidak baik atau kurang baik dan setingginya kurang bermoral atau tak bermoral, tetapi bukan dosa. Karena dosa pada gagasan katanya lebih tinggi dari sekedar soal benar dan salah atau soal bermoral dan tak bermoral, tetapi apakah benar atau apakah selaras dengan kehendak dan kekudusan Allah di hadapan mata Tuhan! 

0 Perspektif: Dosa dan Penderitaan


Oleh: Martin Simamora



Mengapa Allah yang Baik Bersanding Dengan Penderitaan?

Embed from Getty Images

Abraham & Orang-Orang Era Yesus Kristus Dalam memandang Penderitaan
Ketika diperhadapkan dengan realita penderitaan dalam berbagai rupanya, segera manusia akan menyergap dan memberondong Allah dengan sejumlah pertanyaan yang tak satupun manusia dapat mengerti sepenuhnya pertanyaan itu sendiri, dan demikian juga dengan jawabannya. Abraham dalam sebuah peristiwa yang sangat unik terkait dengan penderitaan yang akan dialami oleh penduduk kota-kota, mengajukan sebuah penentangan yang sangat nekat untuk dilakukan oleh seorang manusia dihadapan Allah yang mahakuasa, dengan suara lantang penuh tegoran keras menghardik Allah: Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?" (Kejadian 18:25), sebagai responnya terhadap ketercengangnya pada apa yang tersembunyi namun disingkapkan Allah kepada Abraham: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?” (Kej 18:17).

Dimanakah keadilanmu ya Allah? Apakah Engkau akan membiarkan orang-orang tak bersalah turut tersapu habis dalam murka-Mu? Masakah Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil? Bukankah pemikiran Abraham ini sama dengan pada umumnya manusia?

Apakah Tuhan adil menyelamatkan yang satu dari malapetaka dan membiarkan yang lainnya binasa? Dimanakah keadilan Allah sehingga tidak menyelamatkan saja seluruh kota Sodom dan Gomora agar jangan sampai turut binasa orang-orang tak bersalah bersama-sama dengan orang-orang jahat di mata-Nya?"bagaimana jika ada 40,30,20 dan 10 yang tak bersalah turut serta binasa?!"

sebagaimana Abraham telah memandangnya, dunia ini diperintah dengan pandangan sedemikian juga. Bahwa keadilan, wajib seperti ini: upah dan pengukuman seharusnya ditimpakan sesuai dengan perbuatan seseorang. Menyimpang dari ini, maka Allah tidak adil atau setidak-tidaknya kurang adil! Jadi, HARUS: Penderitaan adalah upan dosa, jadi jangan sampai menimpa orang yang tak bersalah.

Problem penderitaan memang dipahami dalam 3 sudut pandang dalam Alkitab:

0 Dunia Bukan Tanah yang Gembur Bagi Perdamaian & Keadilan



Oleh: Martin Simamora

Memahami Tirani Ketakberdayaan Moralitas Manusia Untuk Melenyapkan Konflik, Agar Hanya Damai Saja

Pengantar: Perilaku Janggal Manusia Dalam Membangun Perdamaian Di Dunia

Apa  yang tersaji dalam potret-potret di atas, jelas merupakan peristiwa yang sangat buruk bagi kemanusiaan dan bagi keamanan nasional yang ditegakan oleh pemerintah Republik Indonesia. Telah menjadi kewajiban negara untuk menegakan hukum dan memastikan keamanan dan ketahanan nasional negara kita ini terpelihara dan terjaga dengan baik. Tentu akan sulit membayangkan jika saja peristiwa kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua itu tidak tertangani secara baik, mengabaikan hak-hak asasi manusia. Walau begitu jelas perlakuan yang begitu keji terhadap aparat keamanan, dapat saja membuat keputusan-keputusan yang dibuat menjadi terlampau emosional. Sepatutnyalah kita mengucapkan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan hikmat dan kekuatan kepada aparat dan pemerintah kita, sehingga dapat menyelesaikan krisis tersebut secara tegas, namun penuh hikmat.

Dunia bukan tanah yang gembur bagi perdamaian, sebuah judul besar yang berupaya memotret berbagai fenomena yang janggal di dunia ini, bahwa damai dan konflik dalam segala rupanya, harus berkompetisi dalam sebuah rivalitas yang teramat sengit. Faktanya kadang damai dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan konflik sehingga pertikaian hingga bentrok dengan aparat keamanan, kadang harus menumpahkan darah.

Tentu saja dunia sangat mengenal baik, kalau damai harus menjadi sebuah keutamaan hidup peradaban manusia. Pada level negara, karenanya, keamanan dan kedamaian kehidupan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berpondasikan pada seperangkat undang-undang hukum dan aparat penegak hukum, agar tertib sosial, kepastian hukum dapat menjadi dasar bagi saya dan anda memiliki sebuah penghidupan yang paling asasi. Karena itulah, Alkitab pun menyinggung betapa pentingnya aspek-aspek penegakan hukum secara benar dan adil:

0 Catatan Kecil Kancah Politik Nasional 2018



Oleh: Martin Simamora, S.IP

Pancasila, Masihkah Dasar  Persatuan Hati Bagi Kita? Jika Tidak, Kita Akan Saling Merobek dan Saling Membinasakan

Mengapa Fenomena Politik Bisa Mengintimidasi?

Apa yang saya maksud dengan fenomena politik, adalah berbagai macam kegiatan atau aktivitas politik mulai dari yang diselenggarakan oleh negara seperti pilkada dan pilpres, hingga aktivitas bersifat organisasi kepartaian seperti pengkaderan, perekrutan, pemetaan konstituen dari tahun ke tahun, pemetaan kebutuhan sospolek konstituennya atau bahkan lebih luas lagi sehingga partai dapat secara kongkrit dan otentik menjawab kebutuhan dan mengembangkan program-program yang dapat memberikan kemajuan. Dan semua itu baik, produktif dan benar sejauh selaras dengan upaya memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang begitu multi-etnik.

Tetapi, tentu saja, kita harus mengakui kalau belakangan ini, kita sedang melihat perwajahan politik yang nampaknya mulai membahayakan. Fenomena-fenomena politik yang  bersalutkan intimidasi sebagai ekspresi perbedaan haluan atau orientasi politik, kian hari telah menjadi praktik sehari-hari yang lazim. Dan ini berbahaya sekali, ketika ini dibiarkan, sedang terjadi sebuah pergeseran kultur politik nasioanal yang pada awalnya bersifat kebangsaan yang satu, bangsa Indonesia, secara gradual menjadi bersifat keideologian yang tidak mengokohkan kebangsaan Indonesia satu dalam Pancasila dan Konstitusi 1945. Maksud saya, ketika fenomena politik semakin tajam meretakan kerekatan kesatuan dan persatuan bangsa dan eksistensi negara Kesatuan Republik Indonesia, kita sungguh-sungguh dalam bahaya yang tak terbayangkan bisa terjadi di negeri tercinta ini.

0 Perjalanan Hidup dan Bertumbuh dalam Iman yang Semakin Perkasa

Oleh: Martin Simamora


Saya tidak sedang membicarakan pembangunan kekuatan jiwa atau mental, atau mengimplantasikan ke dalam relung jiwa dan alam bawah sadar sejumlah formulasi kata, visual, pembangkitan imajinasi, masuk ke dalam  fase-fase tidur dengan musik dan visualisasi terprogram,  bukan itu sama sekali walau hal semacam itu ada dipraktikan. Tetapi inilah dasar bagiku untuk menuliskan judul di atas tersebut adalah serentet ayat berikut ini sebagai sebuah kehidupan yang melahirkan pengalaman-pengalaman iman yang membawa diri pada kebenaran bahwa eksistensi diri ini pada nilai intrisiknya sepenuhnya berada didalam Kristus, bukan diri ini sendiri. Inilah ayat-ayat tersebut, dan perhatikanlah seksama:

“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.- Mazmur 139:13-16

Jika ada kata “perkasa” pada judul artikel ini, bukan berarti  seorang anak Tuhan tak dapat letih, lelah, marah, kala sedang menghadapi tantangan berkepanjangan yang menguras kebahagiaan ganti kesiagaan dan ketajamaan berdurasi panjang yang kadang menjadikan jiwa letih menjadi frustrasi. Tetapi, yang pasti, dalam semuanya itu, telah dijaga dan dinsungi-Nya jiwamu sedemikian rupa sehingga segala reaksimu, keputusanmu bahkan yang terburuk, tidak akan pernah menjadi pembentuk masa depanmu, sekalipun memang menimbulkan berbagai konsekuensi yang membuatmu ada sebagaimana anda ada pada hari ini, pada keseluruhannya. itu semua bukanlah Tuhan atasmu yang membuatmu ada sebagaimana anda ada pada hari ini.   Atau bukan?

0 Bukan Seperti yang Dikira Relung Jiwa

Oleh: Martin Simamora

Kehendakku Atas  Segala Sesuatu
Di Dunia ini, Tak Pernah Sama Sekali Bersimpuh  Pada Diriku

Tak ada yang begitu membahagiakan seorang manusia kala apapun kehendaknya terpenuhi dan menghampiri dirinya penuh pemuasan hasrat diri. Tetapi bagaimana Alkitab bertutur mengenai segala kehendak diri di dunia ini? Adakah alkitab membicarakannya? Jawabannya ada dan Sang Mesias memberikannya secara vulgar sekaligus menciutkan  gelora jiwa untuk memeluknya erat-erat. Perhatikanlah ini:

Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.- Matius 7:12

Pada umumnya secara cepat ayat ini dilabelkan sebagai sebuah hukum kasualitas atau hukum sebab akibat atau hukum tabur tuai sebab menerakan sebuah timbal balik semacam ini: “segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga.” Tetapi ini bukan sama sekali!


Bahkan bukan “adakadabra” atau “law of attraction.” Ya… jika saja Yesus tidak memenjarakannya kedalam apapun yang disebutnya hanya dia yang dapat menggenapinya maka  “yang kamu kehendaki…supaya orang perbuat kepadamu” memang benar-benar menjadi mantra yang luar biasa. Hal kedua, yang begitu penting di sini, Sang Mesias tidak sama sekali sedang memuaskan keinginan   manusia yang seperti apapun juga baiknya (tentu pasti baik karena diharapkan dilakukan orang lain padanya) sebab “segala sesuatu yang kamu kehendaki” haruslah secara absolut menyatakan, menghidupi dan menggenapi: “itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Bagaimana mungkin “segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga” harus dan mutlak perwujudan isi seluruh hukum Taurat? 


Jika begitu masihkah dapat dikatakan segala sesuatu yang kamu kehendaki adalah kehendakmu sendiri? 

0 Mengenali Tujuan Hidup Bagi Sesama & Tuhan

Oleh: Martin Simamora

Bercita-Citalah Setinggi Awan di Langit Untuk Melahirkan Karya-Karya Terbaik Bagi Sesama Manusia & Bagi Tuhan

Apakah tujuan hidupmu sebagai seorang yang telah ditebus oleh Kristus  dalam kasih karunia Allah dari belenggu maut dan perhambaan kuasa kehendak dosa?

Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?- Roma 6:15-16

Kehidupan di dunia ini, sementara kejahatan dapat merajalela, ternyata lebih besar dan lebih agung daripada yang anda sangkakan atau yang mungkin untuk anda pikiran? Bahkan lebih besar daripada apa yang dapat anda persembahkan berdasarkan kekuatan anda sendiri, itu oleh karena Kristus! Ketika rasul Paulus menuliskan “Jadi bagaimana? Apakah kita  akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat,….? Ini, “jadi bagaimana” adalah sebuah pertanyaan yang memiliki kedalaman dan keluasan gabungan 7 samudera di dunia ini, bahwa di dalam kasih karunia anda memiliki produktivitas-produktivitas yang begitu kaya yang masih perlu digali-perlu dieksploitasi didalam diri ini sebagai orang-orang yang hidup dalam kasih karunia untuk dihasilkan dan diwujudkan kepada sesama manusia dan kepada Tuhan. Ya… kepada sesama manusia, seharusnya, orang-orang kasih karunia adalah manusia-manusia unggulan. Rasul Paulus membahasakannya dalam sebuah kesakralan yang melampaui keluhuran moralitas yang dapat diraih manusia dengan menuliskan “karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat.” Ada sebuah kualitas kehidupan orang-orang kasih karunia yang begitu unggul yang keunggulannya tidak lagi dapat dibicarakan dalam tatar “berada di bawah hukum Taurat” oleh sebab manusia-manusia kasih karunia adalah manusia yang hidup berdasarkan kehidupan berhambakan hidup, bukan berhambakan dosa.

Tujuan hidup didalam  kasih karunia bukan lagi berkubangan pada hal-hal yang tak membawa kemajuan dan pertumbuhan hidup sebab pada faktanya hidup di dalam kasih karunia berhambakan pada ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran, sampai menutup mata ini di dunia ini.

0 Kehidupan Domba-Domba Kristus Dalam Perjalanan Di Dunia



Oleh: Martin Simamora

 Menuju Destinasi yang Telah Ditetapkan Sang Gembala Agung
 
Kredit: GTD
Kemanakah destinasi perjalanan setiap orang percaya didalam Kristus?  Apakah kita dapat bertahan di dalam kebenaran dan hidup dalam kesetiaan kepada Kristus, sementara masih di dunia ini dan dunia ini bukanlah dunia yang semakin bersahabat dengan keimanan kita di dalam Kristus? 

Destinasi setiap pengikut Kristus tak lepas dari apakah yang menjadi tujuan dan yang dilakukan Sang Kristus dalam kedatangannya ke dalam dunia:

Yohanes 9:39 Kata Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta."

Yohanes 3:16  Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Untuk sebuah alasan yang sangat jernih, kedatangannya tidak membawa penghakiman kebinasaan seketika selain kehendak untuk menyelamatkan dalam kasih-Nya yang begitu besar, sementara dosa tak mungkin diabaikan dalam pembalasan-Nya:

Yohanes 3:17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.


Tidak menghakimi tetapi jelas dunia membutuhkan penyelamatan-Nya, sehingga ini jauh lebih besar daripada dan bukan sama sekali tidak dihakimi sehingga manusia terbebaskan dari segenap konsekuensi jika tidak tunduk pada sabdanya ini. Dengan kata lain, sementara Ia sendiri tak menghakimi, dunia ini tetap berada dalam status terhakimi-dan ini tepat sebagaimana Yesus bersabda:

0 Sekalipun Dunia Hanya Mencintai Untuk Membuangku Tetapi Aku Percaya Kepada Cinta Tuhanku Bagiku



Oleh: Martin Simamora

Memiliki Cinta Tuhan Yang Mencintai Dari Generasi Ke Generasi Bahkan Memberikan Kehidupan  yang Tak Mungkin Dimiliki

(Ketika Cinta Tuhan Tak Bertara Sedikitpun dengan Apapun yang Dapat Dilakukan Jiwaku)


Seberapa dalam cinta dan seberapa kuatkah  yang diperlukan untuk mencintai sepenuhnya dan seabadinya? Takkah itu begitu aneh ketika mencintai dan cinta adalah pekerjaan  dan perjuangan otot dan stamina jiwa, bukankan jiwa ini sendiri memerlukan cinta? Aku tak tahu apakah memang adalah cinta jika cinta berpaut dengan berkekuatan otot dan jiwa berstamina untuk terus mencintai sementara jiwa itu sendiri belum pernah mengenal dicintai semulia-mulianya? Apakah asupan dan suplemen pengganti cinta sehingga tanpa pernah jiwa ini dikecup dan dipeluk cinta mulia Tuhan dapat menjadi berstamina dan bergizi? Aku bertanya-tanya jika saja ada cinta virtual menggawangi jiwa untuk mengejar cinta yang dari Tuhan?

Begitu sukar, sejujurnya, untuk membicarakan memeluk, mendekap dan mengecup cinta jika cinta adalah pekerjaan  jiwa yang tak pernah memiliki cinta. Ah… betapa mengerikannya  delusi jiwa manusia yang tak pernah dikecup oleh cinta Tuhan namun membusungkan dadanya  dan berkata “aku mengejar dan memperjuangkan cinta Tuhan setiap waktunya!”

Cinta dan mencintai bukan definisi jiwa manusia dan bukan formulasi pikiran dan usaha yang dibangun dari hari ke hari. Sebab mencintai memang adalah kebutuhan jiwa yang tak dapat diasup sendiri oleh siapapun manusia. Manusia begitu gampang untuk merasa sendiri, terkucil, terbuang, terhina, memerlukan kekuatan otot untuk dihormati bahkan dicintai, bahkan membangun konsepsi Allah dan kasih karunia menurut kontemplasi jiwa dan pikiran yang tumpul akan cinta dan kesetiaan dalam kemurnian kudusnya cinta Allah.

0 Peristiwa-Peristiwa Politik Dunia Senantiasa Dalam Tangan Tuhan:

Oleh: Martin Simamora


Ketika Penghakiman Tuhan Atas Sebuah Bangsa atau Negara Beserta Penduduknya Lebih Berat Daripada Sodom & Gomora


Pada faktanya, Alkitab menunjukan bahwa aspek kehidupan politik beserta dinamikanya sejak semula telah sepenuhnya  berada didalam kendali kedaulatan Allah atas damai, stabilitas, isnstabilitas, lahirnya dan lenyapnya sebuah bangsa dan atau negara, konflik, perang,  langgeng tidaknya sebuah rejim pemerintahan hingga  berbagai peristiwa politik yang akan senantiasa mewarnai bumi ini. Salah satu pernyataan politis atau bersifat politik bagi manusia adalah ini:

Seperti dahulu pada waktu Allah menunggangbalikkan Sodom dan Gomora serta kota-kota tetangganya, demikianlah firman TUHAN, demikianlah tidak akan ada orang lagi yang diam di sana dan seorang anak manusiapun tidak akan tinggal lagi di dalamnya.” (Yeremia 50:40)


“Lihatlah, suatu bangsa akan datang dari utara, suatu suku bangsa yang besar, dan banyak raja, akan bergerak maju dari ujung bumi. Mereka memakai panah dan tombak; mereka bengis, tidak kenal belas kasihan. Suara mereka gemuruh seperti laut, mereka mengendarai kuda, berlengkap seperti orang maju berperang, menyerang engkau, hai puteri Babel! Raja Babel telah mendengar kabar tentang mereka, tangannya sudah menjadi lemah lesu, kesesakan telah menyergap dia, ia kesakitan seperti perempuan yang melahirkan. Sesungguhnya, seperti singa yang bangkit keluar dari hutan belukar sungai Yordan mendatangi padang rumput tempat kawanan domba, demikianlah Aku akan membuat mereka lari dengan tiba-tiba dari negeri itu dan mengangkat di atasnya dia yang Kupilih. Sebab siapakah yang seperti Aku? Siapakah yang berani mendakwa Aku? Siapakah gerangan gembala yang tahan menghadapi Aku? Sebab itu dengarlah putusan yang telah diambil TUHAN terhadap Babel dan rancangan-rancangan yang telah dibuat-Nya terhadap negeri orang-orang Kasdim: Bahwa sesungguhnya, yang paling lemahpun di antara kawanan domba akan diseret. Bahwa sesungguhnya, padang rumput mereka sendiri akan merasa ngeri terhadap mereka. Bumi akan goncang karena kabar: Babel sudah direbut; ratap mereka akan terdengar di antara bangsa-bangsa!" (Yeremia 50:40-46)

Teks ini menunjukan bukan saja Allah sedang menghukum bagaikan atau sebagaimana dahulu atas Sodom dan Gomora, tetapi mengenai lenyapnya eksistensi sebuah territorial negara atau teritorial kota atau kebangsaan, sepenuhnya peristiwa-peristiwa yang berada di tangan Allah atau bukan sama sekali peristiwa yang berjalan begitu saja berdasarkan undian-undian perilaku manusia dalam instrumen-instrumen relasi antarnergara dengan segala instrumen yang dimiliki oleh sebuah negara atau kota  beserta warganya.

Pada kasus Sodom dan Gomora sendiri yang menjadi rujukan Yeremia, disingkapkan bahwa  Allah yang menunggangbalikan kedua kota itu, sementara fenomena yang terlihat oleh manusia, sama sekali tak akan menautkannya dengan Tuhan di mata bangsa-bangsa lain, tetapi peristiwa alam semacam ini:

0 Vox Populi Vox Dei

Oleh: Martin Simamora

Suara  Tuhan Atau Justru Suara Dunia  Dengan Segala Keinginannya?

Kredit:  www.rightnow.io
Apa yang harus dimengerti adalah bahwa Vox Populi bisa terisolasi dari Vox Dei. Ketika Vox Populi adalah opini umum yang berkuasa dan lagi menindas penuh kekerasan terhadap kebebasan kemanusiaan lainnya, maka suara rakyat atau  Vox Populi itu adalah suara rakyat yang belaka refleksi keinginan manusia  yang akan berlawanan dengan Vox Dei. Ini tak harus membingungkan karena VPVD bukanlah  amsal suci pada manusia sebab tak pernah manusia suci pada sebagaimana Tuhan dengan sendirinya, apalagi jika  Vox Populi itu dilatari dengan konspirasi-konspirasi  yang melahirkan adu kekuatan rakyat terhadap sebuah konsensus politik nasional. Dengan kata lain, menjadi penting untuk diketahui bagaimana sebuah  Vox Populi terlahirkan, sesuci apakah. Mengapa begitu? Karena menautkan Vox Populi dengan Vox Dei pada dasarnya sebuah upaya yang harus disikapi secara cermat dan hati-hati karena relativitas moralitas manusia yang dinaungi oleh segala keinginannya, bisa jadi  telah akan me-Tuhan-kan manusia-manusia fana  sehingga membuat kebenaran-kebenaran manusia menjadi sabda manusia   yang menentukan apakah konten atau isi Vox Dei tersebut.

Ketika Vox Populi - Vox Dei dibawa secara penuh dalam berbagai proses politik yang bagaimanapun, maka opini mayoritas dapat menjelma menjadi Tuhan kebenaran kala diperlakukan sebagai standar-standar yang harus diikuti oleh rakyat lainnya dengan kekuatan paksa, dan bahkan terhadap negara beserta konstitusinya. Kita harus memahami, ketika kita percaya Vox Populi Vox Dei dalam kenaifan politik maka konsekuensinya  ada 2: pertama, harus siap menerima perubahan negara  berdasarkan suara yang tak mayoritas tetapi memiliki kekuatan opini yang memerintah dan berkekuatan paksa terhadap semua; kedua, kita harus siap bahwa ini dapat menjadi situasi rakyat versus negara kala negara dalam perilakunya tidak lagi mewakili harapan-harapan rakyat yang memilihnya sebagai pemerintahan atas seluruh rakyat. Tetapi saya tidak ingin berbicara ini lebih lanjut, tetapi ini:  Tuhan menetapkan sebuah pemerintahan dan negara bukan berdasarkan pilihan atau suara rakyat sehingga perkenanan Tuhan atas sebuah negara dan pemerintahannya berdasarkan suara rakyat. Jika dia bersabda maka itu adalah kebenarannya yang mengatasi dan menghakimi semua kebenaran termasuk apa yang dipandang sebagai “Vox Populi Vox Dei” oleh para manusia.

Seperti saya kemukakan sebelumnya, pada praktiknya Vox Populi dapat tak bersangkut paut dengan Vox Dei, sambil mengingat bahwa sebetulnya Vox Dei tak pernah bersetara dengan Vox Populi. Relasi antara Vox Populi terhadap Vox Dei, dengan demikian, haruslah memperhatikan kebenaran bahwa Tuhan independen terhadap manusia dengan Vox Deinya , Ia tidak bertindak berdasarkan persetujuan manusia:

0 Tuhan Dalam Ketakpastian Politik Termencekam Sebuah Bangsa

Oleh: Martin Simamora


Ketika Kudeta Membayang-Bayangi Sebuah Pemerintahan Sah Yang Lemah, Tak Pernah Ada Pemenang Selain Penderitaan Panjang

Before the military coup in Chile, we had the idea that military coups happen in Banana Republics, somewhere in Central America. It would never happen in Chile. Chile was such a solid democracy. And when it happened, it had brutal characteristics.- Isabel Allande

Sebelum kudeta militer di Chile, kita memiliki pemikiran bahwa kudeta-kudeta militer terjadi di Republik Pisang (sederhananya terminologi politik untuk negara-negara  lemah dengan  instabilitas politik berkepanjangan dan ekonomi yang bergantung pada ekspor SDA yang terbatas), di suatu tempat di Amerika Tengah. Kudeta tak akan pernah terjadi di Chili. Chili adalah negara dengan  demokrasi kuat. Dan ketika kudeta terjadi, kudeta terjadi dengan karakteristik-karakteristik brutal- Isabel Allande


Pada kenyataannya, sejak era purba hingga era politik modern, ketakpastian politik sebuah pemerintahan adalah hal yang sangat mencekam bukan saja bagi masa depan sebuah  kerajaan atau negara, tetapi masa depan setiap manusia yang menjadi warga negara didalamnya. Itu sebabnya dalam derajat-derajat tertentu ketakpastian politik menciptakan destabilitas hingga melahirkan instabilitas yang merampas keamanan dan kesejahteraan rakyatnya, lalu eksodus berlangsung baik secara damai atau dalam situasi berdarah.

Mari sejenak membaca stanza yang dituliskan pujangga Inggris kelahiran Nairobi Warshan Shire:

No one leaves home unless
Home is the mouth of a shark
You only run for border
When you see the whole city
Running as well

Tidak ada yang meninggalkan rumah kecuali
Rumah adalah mulut seekor hiu
Kamu hanya berlari menuju perbatasan
Ketika kamu melihat semua kota
Berlarian juga

Menunjukan betapa mengungsi dari negeri sendiri atau dari tanah air sendiri bukan dambaan setiap manusia, kecuali negerinya atau pemerintahannya adalah mulut Hiu bagi keamanan dan damai sejahtera bagi rakyatnya sendiri.

0 Tak Diharapkan Namun Begitu Manis & Cerdas Dirancangkan Manusia

Oleh: Martin Simamora & 'Martin's Political Thought"

Ketika Apakah Akan Perang Atau Damai Diandalkan Di Tangan Manusia - Manusia Fana Yang Fasih Mengepalkan Tinju Ketika Bahaya Mengancam

kredit: inserbia.info

Mendengarkan amsal latin yang berbunyi Si vis pacem, para bellum  yang bermakna “If you want peace, prepare for war” atau “jika anda menginginkan damai, bersiaplah untuk perang?” Bagaimana bisa perang dan damai adalah sebuah pasangan yang harus hadir dalam perimbangan yang harus benar-benar dilakukan? Apa yang harus diperhatikan adalah, amsal ini bukan lahir dari sebuah moralitas putih nan suci tetapi lahir dari realitas dunia manusia yang sejak awal belajar bagaimanakah kedamaian bisa ditegakan dengan perang dan dipelihara dengan membangun kekuatan  militer yang terhormat. Negara Kesatuan Republik Indonesia, sejak pemerintahan presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, misalnya telah mencanangkan agar kekuatan militer kita harus memenuhi Minimum Essential Force (MEF), sebagaimana dapat ditelusuri pada “Pidato Presiden RI Pada Penyampaian RUU APBN 2015 Beserta Nota Keuangannya di Depan Rapat Paripurna DPR-RI, Jakarta, 15 Agustus 2014.” 

Apakah yang hendak ditunjukan melalui amsal latin tersebut? Hanya ada satu: damai yang diupayakan dunia ini, tidak akan pernah eksis sehingga menciptakan sterilisasi segala rupa dan skala perang di setiap titik dunia ini. Faktanya, damai dalam segala perwujudannya harus berkompetisi  keras dalam gagasan-gagasan, anggaran-anggaran dan  berbagai riset pengembangan berbagai rupa persenjataan pembunuh masal yang kian cerdas dan kian efektif melahirkan kematian, sekalipun semua manusia berlindung di dalam bunker-bunker atau kosntruksi-konstruksi beton dan baja yang sangat kokoh dan tebal perlindungan manusia, untuk menahan hantaman bom atau rudal-rudal pintar yang menyasar jiwa-jiwa manusia.

Mengapa demikian konsep damai yang dioperasikan dan diyakini bersama-sama oleh semua umat manusia warga negara-negara bumi ini? Perlu diketahui bahwa si vis pacem, para belum hanyalah penggalan dari [lihatlah sejenakTHE ORIGINS OF WARdan untuk bacaan lebih seriusTHE REASONS FOR WARS”  danWAR AND PEACE- LEO TOLSTOY”] “Qui desiderat pacem, bellum praeparat; nemo provocare ne offendere audet quem intelliget superiorem esse pugnaturem" atau “Whosoever desires peace prepares for war; no one provokes, nor dares to offend, those who they know know to be superior in battle” atau “siapapun yang mendambakan damai bersiaplah untuk perang, tidak ada yang mencari gara-gara,  atau tidak juga ada yang berani berlaku kurang ajar pada mereka yang tahu tahu untuk menjadi superior dalam pertempuran.” Tak mengherankan bahwa Yesus Sang Mesias telah mempersiapkan para muridnya untuk  mengajarkan kepada generas-generasi berikutnya dan menghadapi perkembangan dunia di masa depan, atau di dunia yang lebih maju kelak. 

Apakah yang dikatakan Yesus terkait natur damai yang diyakini oleh  pada umumnya (sebab ada beberapa negara tidak memiliki angkatan bersenjatanya sendiri) semua negara? 


Mari kita mendengarkannya:

0 Berdoalah, Bukan Mengutuki

Oleh: Martin Simamora & "Martin's Political Thought" 

Karena Celakalah Bangsa yang Sarat dengan Kesalahan

(Karena Ketika Allah Sudah Memalingkan Mukanya Dari Sebuah Bangsa Maka Tak Ada Lagi Doa Yang Dapat Menghapus Murka-Nya)


Bagaimanakah kondisi manusia kepada sesamanya manusia, pada hakikatnya? Bagaimana studi politik memandang natur manusia itu termasuk dalam panggung politik?  

Mengenai ini, saya ingin mengutip pandangan 2 tokoh yang dikenal baik dalam studi-studi politik, mereka adalah: David Hume dan Thomas Hobbes.  David Hume seorang sejarawan dan filsuf Skotlandia,  mengacu pada karyanya “Essays: Moral, Political, And Literary” yang berkata begini:

ESSAY VI. OF THE INDEPENDENCY OF PARLIAMENT
Political writers have established it as a maxim, that, in contriving any system of government, and fixing the several checks and controuls of the constitution, every man ought to be supposed a knave, and to have no other end, in all his actions, than private interest. By this interest we must govern him, and, by means of it, make him, notwithstanding his insatiable avarice and ambition, co-operate to public good. Without this, say they, we shall in vain boast of the advantages of any constitution, and shall find, in the end, that we have no security for our liberties or possessions, except the good-will of our rulers; that is, we shall have no security at all.
It is, therefore, a just political maxim, that every man must be supposed a knave: Though at the same time, it appears somewhat strange, that a maxim should be true in politics, which is false in fact. But to satisfy us on this head, we may consider, that men are generally more honest in their private than in their public capacity, and will go greater lengths to serve a party, than when their own private interest is alone concerned. Honour is a great check upon mankind: But where a considerable body of men act together, this check is, in a great measure, removed; since a man is sure to be approved of by his own party, for what promotes the common interest; and he soon learns to despise the clamours of adversaries. To which we may add, that every court or senate is determined by the greater number of voices; so that, if self-interest influences only the majority, (as it will always do) the whole senate follows the allurements of this separate interest, and acts as if it contained not one member, who had any regard to public interest and liberty.

When there offers, therefore, to our censure and examination, any plan of government, real or imaginary, where the power is distributed among several courts, and several orders of men, we should always consider the separate interest of each court, and each order; and, if we find that, by the skilful division of power, this interest must necessarily, in its operation, concur with public, we may pronounce that government to be wise and happy. If, on the contrary, separate interest be not checked, and be not directed to the public, we ought to look for nothing but faction, disorder, and tyranny from such a government. In this opinion I am justified by experience, as well as by the authority of all philosophers and politicians, both ancient and modern.

perhatikanlah secara khusus pada: “every man ought to be supposed a knave, and to have no other end, in all his actions, than private interest” atau “setiap orang haruslah disangkakan sebagai seorang yang licik penuh tipu muslihat, dan tidak memiliki tujuan apapun juga, dalam semua tindakan-tindakannya, selain kepentingan pribadi,” maka pada dasarnya menunjukan bahwa manusia itu hanya baik bagi dirinya sendiri saja. Atau merujuk pada David Hume sendiri, tidak boleh atau berbahaya menilai manusia itu begitu luhur dan mulianya: “manakala memikirkan politik kita seharusnya atau sepatutnya mengasumsikan bahwa setiap orang dan setiap institusi mengejar kepentingan mereka sendiri, kerap dengan menggunakan sarana-sarana publik [Hobbes And The Wolfman, Diego Hernan Rossello - Northwestern University]”

Terkait pandangannya ini, David Hume menyatakan: “In this opinion I am justified by experience, as well as by the authority of all philosophers and politicians, both ancient and modern.” [dalam opini ini saya dibenarkan oleh pengalaman, sebagaimana juga oleh otoritas para filsuf dan politisi, baik dunia purba dan modern]

0 Belajar Di Kaki Yesus: “Sebuah Studi Untuk Pelatihan Seminari”-4


Merevolusi Misi Strategimu Dan Prioritas-Prioritas Kehidupanmu

Alih bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora


Ilustrasi:Robert L. Plummer, professor of New Testament interpretation at Southern Seminary, uses the award-winning tablet technology developed for his Elementary Greek course.

Bacalah lebih dulu: "bagian 3"

4.Apakah tepat untuk meninggalkan pelayananku saat ini agar dapat masuk seminari? Setiap orang Kristen memiliki pelayanannya sendiri, tepat dimana ia berada—barangkali sebagai seorang guru sekolah minggu, seorang penatua atau diaken, seorang anggota staf gereja, seorang pekerja di parachurch, atau hanyalah seorang yang berupaya memberikan kesaksian bagi Kristus di pekerjaannya. Kadang kamu dapat melanjutkan pelayanan-pelayanan semacam itu bahkan sementara anda di seminari. Mungkin ada seminari di daerah setempatmu dimana anda dapat menjadwalkan kelas-kelas yang tidak berbenturan dengan pekerjaan-pekerjaanmu saat ini. Ada juga sejumlah seminari yang memiliki program-program edukasi jarak jauh yang mana anda dapat tetap di rumah dan mengambil kelas-kelas tersebut melalui kaset atau kelas yang diselenggarakan melalui web atau situs di internet. Tetapi kerap para siswa harus membongkar tendanya dan pindah ke sebuah tempat baru agar dapat masuk ke seminari. Apakah itu bernilai?

0 Belajar Di Kaki Yesus: “Sebuah Studi Untuk Pelatihan Seminari”-3

Pada Akhirnya, Duduk Di Kaki Yesus Tidak Dapat Lain Selain Mengangkat Jiwamu


Alih bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora


Bacalah  lebih dulu:"bagian 2


Sekarang saya akan mengulas tujuh problem yang kerap dikemukakan banyak orang terkait masuk ke seminari:


1.Dapatkah saya membiayainya? Sebagaimana sebelumnya telah saya kemukakan, seminari atau S.T.T. tidak gratis. Yesus dan para murid-Nya juga membutuhkan dana untuk menopang diri mereka sendiri. Tetapi Allah telah mencukupi kebutuh mereka, dan dalam pengalaman saya, Allah telah menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang paling pokok pada orang-orang yang ingin dalam sebuah cara yang serius untuk memasuki seminari. Terkadang orang tak serius, untuk berbagai alasannya tersendiri. Dan untuk sejumlah orang, masuk ke sebuah seminari, benar-benar merupakan perjuangan yang tak main-main untuk mengalokasikan keuangannya untuk menopang dirinya untuk bisa masuk seminari atau bahkan tidak mungkin, sekalipun demikian. Tetapi itu tidak seharusnya menyurutkan semangat mereka yang sungguh-sungguh ingin mempelajari firman Tuhan di level seminari. Biaya perkuliahannya dapat terlihat mahal, tetapi sebuah upaya cermat untuk mendapatkan bantuan keuangan, program-program pinjaman, peluang-peluang bekerja sambil kuliah dapat benar-benar mengurangi kekecewaan akibat mahalnya biaya untuk belajar firman Tuhan di seminari atau S.T.T.

0 Belajar Di Kaki Yesus: “Sebuah Studi Untuk Pelatihan Seminari”

Oleh  John M. Frame

Satu-Satunya Pertanyaan Yang Tersisa Adalah, Bagaimana Anda Akan Duduk Pada Kaki Yesus?


Alih bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu: “bagian 1

Jadi saya meminta anda untuk mempertimbangkan kekhususan yang sungguh istimewa pada duduk di kaki Yesus. Kala ia dahulu hidup di muka bumi ini, Yesus telah mengunjungi sahabat-sahabatnya, saudari-saudarinya Maria dan Marta, di kota kecil Betania. Marta begitu disibukan dengan melayani para tamunya, tetapi Maria “duduk di kaki Tuhan dan telah mendengarkan pengajarannya” (Lukas 10:39). Marta telah kecewa terhadap Maria yang tidak membantu. Hal itu nampak menjadi sebuah keluhan yang pantas. Tetapi Yesus,kapanpun juga, mengejutkan kita oleh pemujian terhadap Maria. Dia telah “memilih bagian yang baik, yang tidak akan dirampas darinya”(ayat 42). Kini, normalnya memang saudari-saudari seharusnya membantu satu sama lain dalam menjalankan tugas-tugas di rumah, maukah anda mengalami kehilangan apapun juga? Marta telah melakukan sebuah hal baik dengan bekerja untuk melayani Yesus dan tamu-tamu lainnya.  Tetapi dia tidak sungguh-sungguh mengerti apa yang  hilang dari dirinya: Anak Allah yang kekal, sedang mengajar tepat di ruang keluarganya sendiri!


Jangan kehilangan kesempatan untuk duduk pada kaki Yesus. Banyak hal lain-lain yang penting, seperti pekerjaan rumah, bekerja  untuk penghidupan, dan pelayanan itu sendiri. Tetapi kita semua harus mengambil waktu menjauhi semua itu untuk merenungkan firman.

0 Belajar Di Kaki Yesus: “Sebuah Studi Untuk Pelatihan Seminari” (1)


O… Orang-Orang Bodoh, Dan Hati Yang Lamban Untuk Percaya


Alih bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora


Pada sejumlah momen dalam perjalanan mereka bersama Yesus, banyak orang Kristen bertanya seharusnyakah mereka masuk ke seminari-apakah untuk memperoleh gelar atau hanya mengambil sejumlah studi. Saya telah mengajar di seminari-seminari selama tiga puluh lima tahun, dan saya telah melakukan sejumlah pemikiran mengenai pertanyaan ini. Dalam pamphlet ini, saya akan mendorong anda untuk masuk ke seminari jika anda bias, dan saya akan berupaya untuk membantu mereka yang sedang mencari pedoman untuk keputusan penting ini.


Hal utama dari semuanya, apakah seminari itu? Sebuah seminari, tentu saja, sebuah institusi akademik yang mengajarkan pengetahuan dan keahlian-keahlian yang dibutuhkan untuk pelayanan Kristen. Mengatakan “pelayanan” di sini, saya maksudkan baik pelayanan-peyanan resmi/formal dari gereja dan pelayanan-pelayanan independen gereja: pelayanan-pelayanan kampus semi gereja atau  gerakan-gerakan komunitas semi gereja  atau ”parachurch,” misi-misi, pelayanan-pelayanan kasih, dan lain sebagainya. Tetapi seminari juga menawarkan peluang-peluang bagi siapapun yang ingin menggali firman Tuhan secara mendalam. Kebanyakan seminari menawarkan program-program master yang terbuka bagi orang yang tidak dipanggil untuk pelayanan yang bersifat sepenuh waktu, dan mereka menawarkan status “murid khusus” bagi orang yang hanya ingin mengambil  satu atau dua studi, untuk memperdalam pengetahuan akan Kitab suci.


Jadi sebuah seminari bukan hanya untuk para professional, bukan hanya bagi mereka yang sedang mencari kualifikasi berijazah untuk pentahbisan. Tujuannya lebih luas daripada itu: merupakan tempat bagi orang untuk mempelajari firman Tuhan bersama-sama. Dan,semenjak Yesus adalah Sang Firman yang telah menjadi manusia (Yoh 1:14), belajar di seminari adalah belajar di kaki Yesus.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9