F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Pengudusan. Show all posts
Showing posts with label Pengudusan. Show all posts

0 Pengudusan



Oleh: Henry Clarence Thiessen



Pentingnya doktrin ini nampak dari pernyataan semacam ini, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibrani 12:14). Nas ini tidak sedang  memberikan penekanan penuh kekuatan pada realisasi kekudusan absolut dalam hidup, sebagai pengejaran untuk absolut kudus pada diri. Petrus menulis, “hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu” (1Petrus 1:15). Perbedaan-perbedaan pengajaran yang disampaikan pada saat ini membuat doktrin ini perlu kita  pandang secara cermat pada pengajarannya. Mari kita mempelajari definisi, waktu, dan sarana-sarana pengudusan.


I.Definisi Pengudusan
Kata benda “pengudusan” ditemukan beberapa kali dalam Perjanjian Baru (Roma 6:19,22; 1Kor 1:30; 1 Tes 4:3dst,7; 2 Tes 2:13; 1 Tim 2:15; Ibra 12:14; 1Pet 1:2). Ada beberapa kata lain yang memiliki kaitan ketat dengan kata pengudusan: kekudusan (Roma 1:4; 2Kor 7:1; 1Tes 3:13), kudus (Kisah Para Rasul 7:33; 1Kor 3:17; 2Kor 13:12), orang kudus (1Kor 16:1; Efe 1:1; Fil 4:21), tempat kudus (Ibra 8:2), dan kuduskan atau dikuduskan (Matius 6:9; Yohanes 17:17; Ibrani 13:12). Kata kerja “menguduskan” memiliki sedikitnya 3 makna: menyatakan atau mengakui menjadi dapat disucikan, dikuduskan (Lukas 11:2; 1Petrus 3:15); memisahkan dari hal-hal yang najis dan mendedikasikan kepada Allah, dikhususkan untuk tujuan suci (Matius 23:17; Yohanes 10:36; 17:19; 2Tim 2:21); dan  dibersihkan dari hal-hal kotor (Efesus 5:26; 1Tes 5:23; Ibra 9:13). Kata sifat “kudus” digunakan pada berbagai hal (gunung, 2Petrus 1:18; cium, 1Kor 16:20), Roh (Roma 5:5), Bapa (Yohanes 17:11; 1Pet 1:15), Hukum (Roma 7:12; 2Pet 2:21), malaikat-malaikat (Markus 8:38), orang-orang percaya (Efe 1:1; Ibra 3:1), nabi-nabi Perjanjian Lama (2Pet 3:2), dan lain sebagainya. Kerap kata sifat ini digunakan sebagai sebuah substantif dan diterjemahkan “orang-orang kudus.” Dalam cara ini, kata ini digunakan pada  malaikat-malaikat (Yudas 14), orang-orang percaya (Yudas 3; Wahtu 8:3), atau keduanya (1Tes 3:13). Apakah maknanya menjadi seorang kudus dan menjadi orang yang telah dikuduskan?

0 Anda Mustahil Membersihkan Dosa Sendiri & Mustahil Memperjuangkan Keunggulan Dihadapan Allah Terlepas dari Yesus, Sedikitpun Tidak Bisa!

Oleh : Martin Simamora



Anda Mustahil Membersihkan Dosa Sendiri
& Mustahil Memperjuangkan Keunggulan Dihadapan Allah Terlepas dari Yesus, Sedikitpun Tidak Bisa!

Ilustrasi - mbswindon.co.uk

Darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. 1 Yohanes 1:7
“...Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya,” Wahyu 1:5

Jika dinyatakan bahwa Darah Yesus yang menyucikan  kita dari segala  dosa maka memang tidak ada cara lain yang bagaimanapun dapat menyucikan anda dan saya dari segala dosa yang bagaimanapun. Anda dan saya MUSTAHIL MEMBUAT DIRI ANDA KUDUS SEHINGGA MENJADI UNGGUL DAN DEMIKIAN LAYAK DIHADAPAN ALLAH (?). Jika anda dan saya mengakui bahwa memang hanya oleh Darah Yesus anda disucikan maka anda secara absolut tidak dapat melepaskan diri dari pribadi Yesus dan darah-Nya.  Berpikir bahwa anda  dapat menghapus atau mengimbangi kesalahan anda dengan perbuatan baik dan MEMBANGUN KEUNGGULAN MANUSIAMU  dihadapan TUHAN, hanya membuat anda menipu  diri sendiri dalam kebenaran semu. Perhatikan hal ini “tidak seorangpun yang dapat   dibenarkan di hadapan Allah oleh karena   MELAKUKAN    hukum Taurat” (Roma 3:20).

0 Akankah Selama-Lamanya Bergantung Pada Karya Yesus ataukah Aku Dapat Mandiri Tanpa Dia?

Oleh : Martin Simamora



Akankah Selama-Lamanya Bergantung Pada Karya Yesus ataukah Aku Dapat Mandiri Tanpa Dia?



Saya sudah menjelaskan bahwa tidak seperti yang anda bayangkan dan sebetulnya bukanlah perkataan saya sama sekali, tetapi dinyatakan oleh Yesus sendiri! Sekali selamat tetap selamat ataupun Yesus Kristus penjamin keselamatanmu, tidak serta merta membuat orang-orang Kristen menjadi orang-orang Kristen yang  tidak memiliki perbuatan baik dalam “arsenal” perilakunya sehingga bagaikan orang-orang lepas dari kandang –lepas kendali. Itu   terjelaskan dalam 2 artikel tersebut. TETAPI benar sekali bahwa SAMA SEKALI Yesus tidak ada mengindikasikan perbuatan  baik sebagai setitik saja SYARAT atau INDIKATOR untuk selamat atau kehilangan keselamatan.  TETAPI  benar sekali bahwa SAMA SEKALI  YESUS memang mengindikasikan bahwa orang yang dipilihnya untuk diselamatkan  akan BERBUAH dan Yesus katakan berbuah lebat; dan  hal itu  harus dipahami, sebagaimana Yesus jelaskan,  sebagai buah-buah yang dihasilkan dalam keselamatan;  ya... orang-orang yang dipilih sebagai DOMBANYA akan menghasilkan, ada produk-produk ranum dari setiap orang percaya dan Bapa sendirilah yang memastikannya (bacalah Yohanes 15:1-8).

Sayangnya ada orang-orang Kristen yang sekalipun tidak dapat  menjungkalkan perkataan Yesus terkait  hal ini, namun berpikir bahwa Yesus keliru; bahwa perkataan Yesus ini menjadikan manusia tidak bernilai sama sekali dimana mereka beranggapan menjadikan manusia seolah tidak berdaya atau tidak memiliki kemampuan untuk secara mandiri dari dirinya sendiri untuk menghasilkan perbuatan-perbuatan baik. Pemikiran semacam ini adalah awal dari sebuah ketergelinciran yang amat mengerikan sebab ini berpangkal  pada SAMUDERA  USAHA MANUSIA yang mendasari sebuah gagasan yang menjadi lawan frontal terhadap firman Yesus diatas :”manusia harus berusaha untuk selalu berbuat baik atau meningkatkan kualitas manusianya agar pantas untuk masuk ke Sorga atau Selamat.” Jelas  gagasan-gagasan yang bersalutkan “permen-permen”  kemampuan manusia untuk berbuat baik bahkan mulia dalam kemasan-kemasan ayat-ayat Alkitab, telah menjungkirbalikan apa yang sebenarnya Yesus katakan.

0 Berbicara Dari Hati yang Murni

Oleh : John MacArthur


Apakah kata-katamu  menyingkapkan sebuah hati  yang murni? Ingatlah  Peringatan Paulus untuk “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia  (Efesus 4:29). Jadikanlah ini  sasaranmu setiap hari sehingga anda dapat mengenal berkat dan anugerah dari perkataan yang telah dididik!



Pada ayat 22, Yakobus berkata mengenai delusi mendengarkan Firman tanpa mematuhi firman tersebut. Disini dia sedang  berbicara  tentang  pengelabuan  aktivitas religius  tampak luar tanpa kemurnian hati pada sisi dalam manusia.



Itu adalah sebuah penipuan yang umum terjadi. Banyak orang dibingungkan oleh aktivitas ibadah/religius  terhadap hal mengasihi Tuhan. Mereka berangkali menjalankan kegiatan-kegiatan tertentu membaca Alkitab, datang beribadah ke gereja, berdoa, memberikan uang, atau menyanyi, tetapi dalam kenyataannya hati mereka jauh dari Tuhan. Pengelabuan jenis ini dapat  menjadi sangat laten, sulit untuk dikenali. Itu sebabnya Yakobus mengabaikan klaim-klaim belaka  untuk Kekristenan dan  memperhadapkan motif-motif kita dan kepatuhan terhadap Firman. Hal-hal ini merupakan batu-batu penguji!

0 PERINTAH YANG TERBESAR

Oleh : Dr. Mark Jones


Pastilah tidak seorangpun yang mepermasalahkan bahwa Kristus  mengasihi Bapa-Nya dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan-Nya. Tetapi tidak semua orang Kristen diyakinkan bahwa mereka dapat menjangkau kasih semacam ini.  Akan tetapi seperti  dalam doa Agustinus yang terkenal,”Tuhan berikan apa yang Engkau perintahkan dan perintahkanlah apapun juga yang Engkau kehendaki.”  Oleh Roh Kudus, orang-orang Kristen  dapat,dalam artian yang sesungguhnya, mencintai Tuhan




Ketika salah seorang ahli taurat bertanya kepada Yesus,  perintah manakah yang paling penting, Dia menjawab : "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu” (Markus 12:28-30). Kristus pada dasarnya  telah mengutip dari Ulangan 6:4-5, sehingga memperlihatkan bahwa keharusan bagi umat Tuhan  sejak dulu sama,dan, memang, akan selalu sama, bahkan sampai kedalam kekekalan. Apakah, kemudian, makna mengasihi Tuhan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu  dan dengan segenap kekuatanmu?

0 BERPIKIR SEPERTI YESUS

Oleh : DR. R.C Sproul



Beberapa tahun lampau, saya diminta untuk menyampai pidato pembuka dalam sebuah prosesi wisuda di sebuah seminari teologia terkemuka di Amerika. Dalam pidato tersebut, saya berbicara mengenai peran logika dalam interpretasi bibilikal, dan saya  memohon kepada para seminari untuk  memasukan program  Logika dalam kurikulum yang mereka perlukan. Dihampir semua program studi seminari, para siswa disyaratkan untuk mempelajari sesuatu yang terkait dengan bahasa asli Alkitab, Ibrani dan  Yunani. Mereka diajarkan untuk melihat latar belakang sejarah teks, dan mereka belajar prinsip-prinsip dasar interpretasi. Semua ini penting dan merupakan kemahiran-kemahiran yang bernilai untuk menjadi pelayan-pelayan Firman Tuhan yang baik.  Akan  tetapi, alasan utama mengapa kesalahan-kesalahan dalam interpretasi biblikal terjadi bukan karena pembaca terbatas pengetahuan bahasa Ibrani atau lingkup situasi  kitab biblikal itu ditulis.  Penyebab nomor satu kekeliruan memahami  kitab suci menghasilkan kesimpulan yang tidak sah dari  teks. Ini adalah keyakinanku yang kokoh bahwa kesalahan-kesalahan penyimpulan ini  kelihatannya tidak akan terjadi  jika  para  penafsir biblikal lebih diperlengkapi dengan prinsip-prinsip dasar logika.


Mari saya berikan sebuah contoh  dari jenis kesalahan penyimpulan yang  terpikirkan. Saya meragukan, saya  pernah berdiskusi  mengenai pertanyaan atas  kedaulatan pemilihan Tuhan tanpa pernah  ada seseorang tidak mengutipkan Yohanes 3:16 dan berkata, “Tetapikan Alkitab berkata bahwa Tuhan begitu mengasihi dunia  sehingga Dia telah memberikan Anak-Nya yang tunggal sehingga barang siapa yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa tetapi memiliki hidup yang kekal”? Saya   akan segera menyetujui memang demikian Alkitab berkata.

0 Kala Ragu Berubah Menjadi Tidak Percaya !

Oleh : Prof. Alister McGarth


Pikirkan iman sebagai sebuah tali pusar, menghubungkan anda  dengan Tuhan dan menyediakan sebuah kanal yang melaluinya kehidupan-Nya—anugerah pemberian dapat menjangkaumu. Memutuskan hubungan itu dan iman akan melayu, persis seperti sebuah ranting yang patah, sebuah ranting anggur  yang  melayu dan mati
( Yohanes 15:1-6)



Ragu bukan  tidak percaya. Tetapi ragu dapat menjadi  tidak percaya. Prinsip dasar ini  sepatutnya  menuntun perenungan-perenungan kita atas isu penting ini. Ragu itu alami didalam iman. Ragu muncul karena kelemahan dan kerapuhan manusia kita. Kita  lemah dalam keyakinan untuk percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan mendambakan kepastian dalam segala hal iman. Tetapi kepastian mutlak sulit untuk  datang. Anda dapat  yakin bahwa 2+2=4, tetapi akankah hal ini mengubah hidupmu? Akankah hal itu memberikan kepadamu sebuah dasar untuk hidup dan berharap dalam  menghadapi kematian? Dan tidak hanya  orang-orang Kristen saja yang berada dalam situasi ini. Ateis percaya bahwa tidak ada Tuhan, Tuhan hanyalah sejauh iman kala anda percaya maka Tuhan ada! Ragu juga muncul melalui  kurangnya kerendahan hati. Semua kita tergoda untuk percaya bahwa karena kita tidak memiliki  jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan sukar, maka memang tidak ada jawaban sama sekali  untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut.


Kita   perlu belajar untuk santai terhadap keraguan. Keraguan  seperti seorang anak kecil yang sedang mencari perhatian.  Semakin anda memberikan perhatian pada keraguan, semakin banyak perhatian yang dituntut keraguan. Dengan menguatirkan keraguan-keraguanmu, anda terkunci kedalam sebuah siklus ganas  ketidakpastian.

0 IMAN dan KEPASTIAN

Oleh : Dr. Joel  Beeke


Seorang pria dan wanita berdiri saling bergandeng tangan di pantai. Untuk sesaat, satu-satunya suara adalah deburan ombak. Ketika si pria bertanya, “apakah yang paling kamu takuti?” Si wanita menjawab : “Aku ingin menikah denganmu lebih dari apapun di muka bumi ini. Tetapi aku selalu berpikir bahwa kamu akan berubah pikiran dan meninggalkanku seperti… “ Matanya menatap ke tanah. “ Persis seperti ayahmu meninggalkan ibumu?” tanya si pria  dengan lembut.  Dengan ragu, si wanita menganggukan kepalanya.

“Tidakah kamu mempercayaiku?” Tanya si pria.

“Oh ya,” ujar si wanita. “ Kamu adalah pria yang paling dapat dipercaya yang pernah saya jumpai.” Si wanita diam sesaat, kemudian dia berkata, “ tetapi  aku takut  kalau kamu akan menyadari bahwa aku bukanlah apa yang sesungguhnya kau inginkan.”

0 JANGAN TAKUT !


Oleh : DR. R.C Sproul



Kita adalah manusia-manusia fana yang rapuh, dipenuhi dengan  ketakutan-ketakutan yang seperti apapun juga. Kita memiliki ketidakamanan yang  memang  menjadi bagian tak terpisahkan sehingga  seberapa banyakpun siulan dalam kegelapan  tak mampu meredakan ketakutan kita. Kita mencari jaminan atau kepastian terkait hal-hal yang  paling menakutkan.


Larangan  tersebut telah disuarakan lebih sering daripada larangan lainnya oleh Yesus Kristus yang  merupakan perintah,   Jangan takut …” Dia telah mengatakan hal ini begitu seringnya kepada murid-murid-Nya dan orang-orang lain yang Dia jumpai sehingga larangan ini menjadi terdengar bagaikan sebuah ucapan salam. Dimana orang pada umumnya  mengucapkan salam kepada orang lain dengan berkata “Hai” atau “Halo,” kata-kata pertama  yang diucapkan Yesus paling sering adalah “Jangan takut.”
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9