F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Murka Allah atas manusia berdosa. Show all posts
Showing posts with label Murka Allah atas manusia berdosa. Show all posts

0 Ketika Tuhan Menuliskan Obituarimu (1)



Tulisan Allah Mengenai Kematian Nabi Musa:
Apakah  Yang Engkau Inginkan Untuk Allah Tuliskan Mengenai Hidup Hingga Pada Hari Kematianmu?
(Ulangan 34:1-12)
Oleh: Steven J.Cole, Th.M


Pengantar
Tetapi pertanyaan  pentingnya  bukan pada bagaimana anda menginginkan keluarga dan sahabat-sahabatmu akan mengenangmu, tetapi ini: “apakah yang akan Allah katakan jika Ia menuliskan obituarimu?” Dalam teks kita, kita membaca obituary yang dituliskan Allah mengenai Musa. Teks ini telah ditambahkan pada waktu setelah kematiannya: (Ulangan 34:10 “Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel”.). Namun  kita tahu bahwa Allah telah menuliskan obituary ini mengenai nabi besar  itu. Pelajarannya bagi saya dan anda:

Karena kita semua akan berdiri dihadapan Allah, kita harus hidup dengan obituari-Nya bagi hidup kita secara konstan dalam memandang hidup ini

Apakah maksudnya dengan kita harus hidup dengan obituary-Nya? Apakah benar Ia ada menuliskan obituari-Nya bagi setiap orang tebusan-Nya? Jawabnya: YA. Dan inilah obituari-Nya:

Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu- Matius 25:21

Akankah Ia menganggukan kepala-Nya dan berkata,” Pekerjaanmu hangus dalam perapian, tetapi oleh anugerah-Ku, masuklah kedalam sorga”:

Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.- 1Korintus 3:15

Atau, akankah Ia mengatakan kata-kata menggentarkan ini:
Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"- Matius 7:23

Obituari Allah mengenai Musa Mengajarkan kita beberapa poin penting bagi kita semua:

0 Perspektif: Dosa dan Penderitaan (2)


Oleh: Martin Simamora

Ketika Allah Melakukan Perhitungan-Perhitungan Di Muka Bumi Sekarang Ini: Akankah Ia Akan Mengutarakan-Nya Secara Terus Terang?


Embed from Getty Images



Allah Melakukan Perhitungan-Perhitungan Di Muka Bumi
Sebagai Allah yang berdaulat, Ia melaksanakan kebenaran, kekudusan dan keadilan-Nya memerintah secara sempurna tak bercela. Secara sempurna dan tak bercela di sini, maksudnya, bahkan Ia tak memerlukan pertimbangan makhluk-makhluk ciptaan dimanapun juga untuk mendasarkan keputusan-keputusan-Nya apapun juga, walau dalam indra-indra manusia sangat mungkin janggal dan menggelikan. Ketika Ia mengadakan perhitungan-perhitungan dalam kaitan memerintahnya kebenaran, kekudusan dan keadilan-Nya maka memang satu-satunya pertimbangan adalah IA sendiri dan hanya bagi diri-Nya sendiri. Sehingga tak mengherankan kalau eksekusi perhitungan-perhitungan Allah melawan beragam wujud dosa/penyimpangan bisa menjadi keterkejutan bagi manusia bahkan sekalipun Ia memutuskan untuk mengungkapkan maksud-Nya untuk melaksanakan atau mengeksekusi perhitungan-perhitungan di muka bumi ini. Dalam beberapa kasus, Allah memang menyingkapkan maksud-Nya dalam melakukan perhitungan-perhitungan-Nya perhatikan sejumlah peristiwa berikut ini:

▬Kepada Abraham: Berpikirlah TUHAN: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?- Kej 18:17

▬Kepada Nuh: Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi. Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.

▬Kepada Musa: Dan TUHAN berfirman: "Tetapi Aku tahu, bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat. Tetapi Aku akan mengacungkan tangan-Ku dan memukul Mesir dengan segala perbuatan yang ajaib, yang akan Kulakukan di tengah-tengahnya; sesudah itu ia akan membiarkan kamu pergi.-Keluaran 3:19-20

▬Kepada Yesaya: Turunlah dan duduklah di atas debu, hai anak dara, puteri Babel! Duduklah di tanah dengan tidak bertakhta, hai puteri Kasdim! Sebab engkau tidak akan disebutkan lagi manis dan genit. Ambillah batu kilangan dan gilinglah tepung, bukalah kerudungmu; angkatlah sarungmu, singkapkanlah paha, seberangilah sungai-sungai! Biarlah auratmu tersingkap dan aibmu kelihatan! Aku akan mengadakan pembalasan dan tidak menyayangkan seorangpun, kata Penebus kami, TUHAN semesta alam nama-Nya, Yang Mahakudus, Allah Israel.- Yesaya 47:1-4

Dan seterusnya anda akan menemukan pola-pola semacam ini dalam Alkitab, bahwa Allah melakukan perhitungan-perhitungan di muka bumi ini.


Pada hakekatnya, sebagaimana telah saya kemukakan, bahwa secara umum (Karena ada pengecualian bagi Ayub dan Yesus pada ketiadaan relasi penderitaan terhadap dosa sebagai konsekuensi ) penderitaan atau kesengsaraan manusia sebagai individu hingga sebagai bangsa, berakar dari dosa. Celakanya lagi, dalam kemajuan zaman, dosa-dosa pun merevolusi jiwa manusia sedemikian rupa sehingga telah menakarnya bukan dosa, tetapi setidak-tidaknya tidak baik atau kurang baik dan setingginya kurang bermoral atau tak bermoral, tetapi bukan dosa. Karena dosa pada gagasan katanya lebih tinggi dari sekedar soal benar dan salah atau soal bermoral dan tak bermoral, tetapi apakah benar atau apakah selaras dengan kehendak dan kekudusan Allah di hadapan mata Tuhan! 

0 Perspektif: Dosa dan Penderitaan


Oleh: Martin Simamora



Mengapa Allah yang Baik Bersanding Dengan Penderitaan?

Embed from Getty Images

Abraham & Orang-Orang Era Yesus Kristus Dalam memandang Penderitaan
Ketika diperhadapkan dengan realita penderitaan dalam berbagai rupanya, segera manusia akan menyergap dan memberondong Allah dengan sejumlah pertanyaan yang tak satupun manusia dapat mengerti sepenuhnya pertanyaan itu sendiri, dan demikian juga dengan jawabannya. Abraham dalam sebuah peristiwa yang sangat unik terkait dengan penderitaan yang akan dialami oleh penduduk kota-kota, mengajukan sebuah penentangan yang sangat nekat untuk dilakukan oleh seorang manusia dihadapan Allah yang mahakuasa, dengan suara lantang penuh tegoran keras menghardik Allah: Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?" (Kejadian 18:25), sebagai responnya terhadap ketercengangnya pada apa yang tersembunyi namun disingkapkan Allah kepada Abraham: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?” (Kej 18:17).

Dimanakah keadilanmu ya Allah? Apakah Engkau akan membiarkan orang-orang tak bersalah turut tersapu habis dalam murka-Mu? Masakah Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil? Bukankah pemikiran Abraham ini sama dengan pada umumnya manusia?

Apakah Tuhan adil menyelamatkan yang satu dari malapetaka dan membiarkan yang lainnya binasa? Dimanakah keadilan Allah sehingga tidak menyelamatkan saja seluruh kota Sodom dan Gomora agar jangan sampai turut binasa orang-orang tak bersalah bersama-sama dengan orang-orang jahat di mata-Nya?"bagaimana jika ada 40,30,20 dan 10 yang tak bersalah turut serta binasa?!"

sebagaimana Abraham telah memandangnya, dunia ini diperintah dengan pandangan sedemikian juga. Bahwa keadilan, wajib seperti ini: upah dan pengukuman seharusnya ditimpakan sesuai dengan perbuatan seseorang. Menyimpang dari ini, maka Allah tidak adil atau setidak-tidaknya kurang adil! Jadi, HARUS: Penderitaan adalah upan dosa, jadi jangan sampai menimpa orang yang tak bersalah.

Problem penderitaan memang dipahami dalam 3 sudut pandang dalam Alkitab:

0 Ketika Manusia Memanipulasi Tuhan dan Sesamanya



Oleh: Martin Simamora

Tidak Ada Sesuatupun yang Tersembunyi  yang Tidak Akan Diketahui
Membasuh tangan- rd.com

Apa yang paling menakjubkan pada diri manusia adalah kemampuannya yang luar biasa untuk menutupi sebuah kebercelaan demi sebuah sinaran kesuciannya tetap memendar di hadapan manusia. Bahwa manusia memang begitu luar biasa hebatnya menjaga kemuliaan dirinya dari kemungkinan cela-cela yang bisa membuat orang lain mengetahui  berbagai motif abu-abu atau bahkan hitamnya diri, hingga rahasia-rahasia yang  harus dilindungi sedemikian rupa demi pencitraan diri dan jati dirinya dihadapan publik, bahkan menjadi salah satu konfrontasi yang paling keras antara Yesus Kristus terhadap manusia-manusia yang dikenal suci di dalam masyarakat. Saya ingin mengajak para pembacaku yang budiman untuk membaca  apa yang dicatatkan oleh injil ini bagi kita:

Lukas 12:1 Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.

Yesus Kristus bahkan dihadapan beribu-ribu orang banyak mengajar sebuah pokok bahasan yang menunjukan satu aspek pada diri manusia: kemampuan manusia yang luar biasa untuk menutupi sebuah kebercelaan demi sebuah sinaran kesuciannya tetap memendar. Tidak pernah ada satu manusia yang akan berani berkata dihadapan beribu-ribu orang banyak: bahwa mereka semua harus waspada terhadap kemunafikan orang farisi.. Kita tahu bahwa orang-orang Farisi terbilang pemuka-pemuka yang terpandang dalam mahkamah agama Yahudi, coba kita memperhatikan ini untuk sekedar mendapatkan wawasan-sebab saya tidak akan mengulas “siapakah mereka farisi” secara khusus-:


Kisah Para Rasul 23:1,6-9 Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: "Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah."… Dan karena ia tahu, bahwa sebagian dari mereka itu termasuk golongan orang Saduki dan sebagian termasuk golongan orang Farisi, ia berseru dalam Mahkamah Agama itu, katanya: "Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati." Ketika ia berkata demikian, timbullah perpecahan antara orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki dan terbagi-bagilah orang banyak itu. Sebab orang-orang Saduki mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan dan tidak ada malaikat atau roh, tetapi orang-orang Farisi mengakui kedua-duanya. Maka terjadilah keributan besar. Beberapa ahli Taurat dari golongan Farisi tampil ke depan dan membantah dengan keras, katanya: "Kami sama sekali tidak menemukan sesuatu yang salah pada orang ini! Barangkali ada roh atau malaikat yang telah berbicara kepadanya."

0 Konsekuensi-Konsekuensi yang Tak Tertanggungkan



Oleh: Martin Simamora

“jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri”

Kredit foto: news.uchicago.edu
Terkadang manusia membuat pilihan-pilihan yang tak bijaksana, pilihan-pilihan yang tidak mendatangkan hal-hal signifikan dalam hidupnya, malahan menggiring mereka kepada tragedi demi tragedi. Tetapi dalam hal itupun mereka tidak tahu apapun, sebab tak satupun manusia mau menjemput tragedi. Seorang  anak pergi bersama dengan temannya, mengendari sepeda motor dan si anak tidak tahu kalau temannya sedang  berada di bawah pengaruh obat-obatan atau alkohol dan berakhir pada sebuah  kecelakaan tragis, keduanya meniggal dunia. Atau, pada lain peristiwa, seorang anak gadis memutuskan untuk meminum minuman dengan kadar alkohol ringan-berpikir itu aman bagi dirinya sebagaimana biasanya-yang mengakibatkan dirinya kehilangan keawasan secara lambat laun, ia,singkat cerita, hamil dan terkena penyakit menular seksual. Kita melihat di sini, dari segelintir contoh sederhana ini, nyata terlihat betapa keputusan-keputusan kecil dapat memberikan konsekuensi-konsekuensi signifikan. Saya katakan  keputusan-keputusan kecil, karena pada umumnya memang terlihat sama sekali tidak berbahaya. Ya… seperti menyantap makanan-makanan lezat yang membuat tubuh menjadi kegemukan karena juga tidak memiliki kebiasaan berolah raga atau pola hidup sehat, kemudian mengalami sakit jantung. Bagaimana kita dapat melindungi diri kita sendiri dari membuat pilihan-pilihan salah. Lebih sukar lagi, sebab banyak pilihan-pilihan tersebut adalah hal sepele dan sama sekali tidak terlihat salah, namun memberikan konsekuensi-konsekuensi fatal bagi kehidupannya sendiri.

Kita membuat pilihan-pilihan, kerap, untuk tujuan lebih baik atau untuk mengatasi problem. Sebuah problem memerlukan keputusan untuk menghasilkan sebuah aksi yang dapat membebaskan manusia dari problem-problemnya. Dan manusia memiliki  kebijaksanaan dan pengetahuan untuk membuat keputusan terhadap sebuah masalah. Mari kita melihat kasus ini:

0 Peristiwa-Peristiwa Politik Dunia Senantiasa Dalam Tangan Tuhan:

Oleh: Martin Simamora


Ketika Penghakiman Tuhan Atas Sebuah Bangsa atau Negara Beserta Penduduknya Lebih Berat Daripada Sodom & Gomora


Pada faktanya, Alkitab menunjukan bahwa aspek kehidupan politik beserta dinamikanya sejak semula telah sepenuhnya  berada didalam kendali kedaulatan Allah atas damai, stabilitas, isnstabilitas, lahirnya dan lenyapnya sebuah bangsa dan atau negara, konflik, perang,  langgeng tidaknya sebuah rejim pemerintahan hingga  berbagai peristiwa politik yang akan senantiasa mewarnai bumi ini. Salah satu pernyataan politis atau bersifat politik bagi manusia adalah ini:

Seperti dahulu pada waktu Allah menunggangbalikkan Sodom dan Gomora serta kota-kota tetangganya, demikianlah firman TUHAN, demikianlah tidak akan ada orang lagi yang diam di sana dan seorang anak manusiapun tidak akan tinggal lagi di dalamnya.” (Yeremia 50:40)


“Lihatlah, suatu bangsa akan datang dari utara, suatu suku bangsa yang besar, dan banyak raja, akan bergerak maju dari ujung bumi. Mereka memakai panah dan tombak; mereka bengis, tidak kenal belas kasihan. Suara mereka gemuruh seperti laut, mereka mengendarai kuda, berlengkap seperti orang maju berperang, menyerang engkau, hai puteri Babel! Raja Babel telah mendengar kabar tentang mereka, tangannya sudah menjadi lemah lesu, kesesakan telah menyergap dia, ia kesakitan seperti perempuan yang melahirkan. Sesungguhnya, seperti singa yang bangkit keluar dari hutan belukar sungai Yordan mendatangi padang rumput tempat kawanan domba, demikianlah Aku akan membuat mereka lari dengan tiba-tiba dari negeri itu dan mengangkat di atasnya dia yang Kupilih. Sebab siapakah yang seperti Aku? Siapakah yang berani mendakwa Aku? Siapakah gerangan gembala yang tahan menghadapi Aku? Sebab itu dengarlah putusan yang telah diambil TUHAN terhadap Babel dan rancangan-rancangan yang telah dibuat-Nya terhadap negeri orang-orang Kasdim: Bahwa sesungguhnya, yang paling lemahpun di antara kawanan domba akan diseret. Bahwa sesungguhnya, padang rumput mereka sendiri akan merasa ngeri terhadap mereka. Bumi akan goncang karena kabar: Babel sudah direbut; ratap mereka akan terdengar di antara bangsa-bangsa!" (Yeremia 50:40-46)

Teks ini menunjukan bukan saja Allah sedang menghukum bagaikan atau sebagaimana dahulu atas Sodom dan Gomora, tetapi mengenai lenyapnya eksistensi sebuah territorial negara atau teritorial kota atau kebangsaan, sepenuhnya peristiwa-peristiwa yang berada di tangan Allah atau bukan sama sekali peristiwa yang berjalan begitu saja berdasarkan undian-undian perilaku manusia dalam instrumen-instrumen relasi antarnergara dengan segala instrumen yang dimiliki oleh sebuah negara atau kota  beserta warganya.

Pada kasus Sodom dan Gomora sendiri yang menjadi rujukan Yeremia, disingkapkan bahwa  Allah yang menunggangbalikan kedua kota itu, sementara fenomena yang terlihat oleh manusia, sama sekali tak akan menautkannya dengan Tuhan di mata bangsa-bangsa lain, tetapi peristiwa alam semacam ini:

0 Berdoalah, Bukan Mengutuki

Oleh: Martin Simamora & "Martin's Political Thought" 

Karena Celakalah Bangsa yang Sarat dengan Kesalahan

(Karena Ketika Allah Sudah Memalingkan Mukanya Dari Sebuah Bangsa Maka Tak Ada Lagi Doa Yang Dapat Menghapus Murka-Nya)


Bagaimanakah kondisi manusia kepada sesamanya manusia, pada hakikatnya? Bagaimana studi politik memandang natur manusia itu termasuk dalam panggung politik?  

Mengenai ini, saya ingin mengutip pandangan 2 tokoh yang dikenal baik dalam studi-studi politik, mereka adalah: David Hume dan Thomas Hobbes.  David Hume seorang sejarawan dan filsuf Skotlandia,  mengacu pada karyanya “Essays: Moral, Political, And Literary” yang berkata begini:

ESSAY VI. OF THE INDEPENDENCY OF PARLIAMENT
Political writers have established it as a maxim, that, in contriving any system of government, and fixing the several checks and controuls of the constitution, every man ought to be supposed a knave, and to have no other end, in all his actions, than private interest. By this interest we must govern him, and, by means of it, make him, notwithstanding his insatiable avarice and ambition, co-operate to public good. Without this, say they, we shall in vain boast of the advantages of any constitution, and shall find, in the end, that we have no security for our liberties or possessions, except the good-will of our rulers; that is, we shall have no security at all.
It is, therefore, a just political maxim, that every man must be supposed a knave: Though at the same time, it appears somewhat strange, that a maxim should be true in politics, which is false in fact. But to satisfy us on this head, we may consider, that men are generally more honest in their private than in their public capacity, and will go greater lengths to serve a party, than when their own private interest is alone concerned. Honour is a great check upon mankind: But where a considerable body of men act together, this check is, in a great measure, removed; since a man is sure to be approved of by his own party, for what promotes the common interest; and he soon learns to despise the clamours of adversaries. To which we may add, that every court or senate is determined by the greater number of voices; so that, if self-interest influences only the majority, (as it will always do) the whole senate follows the allurements of this separate interest, and acts as if it contained not one member, who had any regard to public interest and liberty.

When there offers, therefore, to our censure and examination, any plan of government, real or imaginary, where the power is distributed among several courts, and several orders of men, we should always consider the separate interest of each court, and each order; and, if we find that, by the skilful division of power, this interest must necessarily, in its operation, concur with public, we may pronounce that government to be wise and happy. If, on the contrary, separate interest be not checked, and be not directed to the public, we ought to look for nothing but faction, disorder, and tyranny from such a government. In this opinion I am justified by experience, as well as by the authority of all philosophers and politicians, both ancient and modern.

perhatikanlah secara khusus pada: “every man ought to be supposed a knave, and to have no other end, in all his actions, than private interest” atau “setiap orang haruslah disangkakan sebagai seorang yang licik penuh tipu muslihat, dan tidak memiliki tujuan apapun juga, dalam semua tindakan-tindakannya, selain kepentingan pribadi,” maka pada dasarnya menunjukan bahwa manusia itu hanya baik bagi dirinya sendiri saja. Atau merujuk pada David Hume sendiri, tidak boleh atau berbahaya menilai manusia itu begitu luhur dan mulianya: “manakala memikirkan politik kita seharusnya atau sepatutnya mengasumsikan bahwa setiap orang dan setiap institusi mengejar kepentingan mereka sendiri, kerap dengan menggunakan sarana-sarana publik [Hobbes And The Wolfman, Diego Hernan Rossello - Northwestern University]”

Terkait pandangannya ini, David Hume menyatakan: “In this opinion I am justified by experience, as well as by the authority of all philosophers and politicians, both ancient and modern.” [dalam opini ini saya dibenarkan oleh pengalaman, sebagaimana juga oleh otoritas para filsuf dan politisi, baik dunia purba dan modern]

0 Pemberitaan Injil & Penghakiman Allah

Oleh: Martin Simamora

Jikalau Kamu Masuk Ke Dalam Sebuah Kota Dan Kamu Tidak Diterima


Rasul Paulus adalah salah satu rasul yang memiliki pengaruh dalam pemberitaan injil dan perkembangan jemaat perdana. Tetapi juga mengalami penentangan yang keras akibat pemberitaannya yang berbunyi Yesus adalah Sang Mesias yang begitu lugas di dalam rumah-rumah ibadat Yahudi sebagaimana yang dahulu telah dilakukan oleh Yesus Sang Mesias [Lukas 19:47, 20:1, 21:23, 21:37; Yoh 7:14,Yoh 7:28,Yoh 8:2, Yoh 8:20], mengalami penolakan halus hingga ancaman menyertainya:

Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah. Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani. Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman, di mana ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias. Tetapi ketika orang-orang itu memusuhi dia dan menghujat, ia mengebaskan debu dari pakaiannya dan berkata kepada mereka: "Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain." Maka keluarlah ia dari situ, lalu datang ke rumah seorang bernama Titius Yustus, yang beribadah kepada Allah, dan yang rumahnya berdampingan dengan rumah ibadat. Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, dan banyak dari orang-orang Korintus, yang mendengarkan pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis.”- Kisah Para Rasul 18:1-8

Di Korintus, ia dibenci dan ditolak oleh saudara sebangsanya sendiri karena “ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias.” Pemberitaan demikian mendatangkan kebencian mendalam dan penghujatan yang tak main-main, sehingga inilah hal yang dilakukan oleh Paulus: “ia mengebaskan debu dari pakaiannya.” Tindakan ini begitu keras, sangat keras, sebab diimbuhi dengan sederet kalimat doa penghakiman yang berbunyi “Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain.”

0 Ditinggikan Dari Bumi (1):

Oleh: Martin Simamora

“Dengan Siapakah Engkau Samakan Dirimu?”
[Refleksi]


Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal (Yohanes 3:14-15), pada kesempatan berikutnya, Sang Mesias kembali  menyatakan apa yang harus terjadi pada dirinya: ”dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (Yohanes 12:32). Injil Yohanes menjelaskan apakah maksud Yesus dengan pernyataannya itu sebagai bagaimanakah ia akan mati: “Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati (Yohanes 12:32).” Bagaimana caranya  Anak Manusia harus mati dan  kematiannya memiliki sebuah tujuan agar setiap yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal. Orang-orang Yahudi memahami sekali peristiwa peninggian ular memang menghasilkan penyelamatan bagi siapa yang memandang kepada ular tersebut: “Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup”- Bilangan 21:8-9. Musa melaksanakan firman Allah-instruksi Allah tepat seperti yang dikehendaki-Nya dan barangsiapa yang terpagut [akibat pemberontakan terhadap Allah dan Musa, Allah memerintahkan ular-ular tedung ke antara bangsa tersebut untuk memagut mereka hingga banyak yang mati : Bilangan 21:4-6], dan memandang kepada ular itu tidak akan mati- diluputkan dari murka Allah akibat dosa. Memandang ular yang diletakan pada sebuah tiang akan menghasilkan hidup yang menaklukan maut dan memperdamaikannya dengan Allah. Demikianlah Yesus menyatakan bahwa dirinya sendiri akan ditinggikan dari bumi supaya setiap orang yang percaya tidak akan mengalami kematian sebagai keakhiran kekalnya akibat dosa, namun hidup kekal yang datang dari percaya kepadanya.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9