F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Menghakimi Keilahian Kristus Di Atas Bumi Di Bawah Langit:

Oleh: Martin Simamora

“Jikalau Engkau Anak Allah, Turunlah Dari Salib Itu!”

[Refleksi]
Lukisan Ilustrasi: James Jacques Tissot

Problem terbesar orang-orang Yahudi, tak terselesaikan dengan memastikan kematian Kristus bahkan dalam cara terhina sekalipun. Sebaliknya begitu menggusarkan dan menyusahkan jiwa mereka sekalipun kesengsaraan terkeras telah dapat dieksekusi berdasarkan pengadilan yang dipenuhi dengan muslihat dalam putusan pengadilan atasnya. Ini bukan sekedar kegusaran seperti menantikan sesuatu yang penuh tak kepastian, tetapi kegusaran atas apa yang dikatakan oleh Yesus dalam pernyataan-pernyataan penuh kepastian dan begitu dinantikan oleh dirinya, sementara bagi para pemimpin agama, itu hal yang sungguh menggusarkan dan gila, bahkan untuk sekedar didengarkan. Dan hal itulah yang dihempaskan ke mulut Yesus sementara ia terpaku di atas kayu salib didalam kesekaratan yang tak ada satupun manusia mau menyicipi kesakitan tiada henti tergantung di atas bumi di bawah langit: “selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!- Mat 27:40." Bagi mereka, mustahil Allah membiarkan hal itu  terjadi sebagai sebuah realita. Apakah Allah akan membiarkan Mesias-Nya tewas dalam cara yang begitu menggenaskan, terhina dan bukankah itu bukan kisah yang membanggakan apalagi mendatangkan pemujaan untuk dikisahkan? Kisah suci dari sorga?? Maka jelas “Jika Engkau Anak Allah, Turunlah Dari Salib itu” bukan sekedar oposisional pada seorang manusia yang ke-Kristusan-nya sedang dipertanyakan, namun juga sebuah gugatan pada klaim divinitasnya yang berkata “Aku Anak Allah” sementara ia dipajang di atas kayu salib menjulang ke langit, menantikan sebuah peristiwa yang akan menunjukan sungguhkah dikau Anak Allah dan akankah langit akan menjawab dengan malaikat-malaikat sorgawi yang akan membebaskannya?



Yesus memang pernah menyatakan dirinya  adalah Anak Allah, sementara disaat yang sama, ia sendiri meninggalkan orang-orang Yahudi dalam sebuah kebimbangan yang paling mencekam dalam musim dingin sebab mereka tak memiliki kedivinitasan yang begitu diperlukan untuk menerima seorang anak tukang kayu adalah Anak Allah – Ia yang datang dan berasal dari sorga?? [“Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga." Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"-Yoh 6:41-42]. Itu bukan musim dingin yang biasa, tetapi musim dingin yang membuat mereka berada didalam kemencekaman jiwa:

Yohanes 10:22-26 Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.


Mereka, bahkan, bukan termasuk bilangan domba-domba milik-Nya yang jika terhilang-tersesat akan pasti dicarinya! [“Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?- Lukas 15:3-4].


Yesus bukan tak mengatakannya, ia mengatakannya sebagaimana pernyataan sang Kristus: “Aku telah mengatakannya kepada kamu.” Tetapi problemnya bukan soal apakah Yesus sudah mengatakannya atau tidak, karena bagaimanapun Yesus sedang menuturkan apa yang tak dapat didatangi oleh segenap diri manusia, sebab siapakah yang sanggup mendatangi pikiran atau kehendak Allah semacam ini:

Matius 27:40 mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu

Sebagaimana pembuktian yang sedang disodorkannya kala ia secara penuh penghargaan menjawab apapun yang diperlukan untuk membuktikan bukan saja integeritasnya tetapi divinitasnya yang hanya bekerja didalam satu-satunya tatanan keselamatan kekal dari pemerintahan sorga, bahwa ia satu-satunya di dunia ini yang bekerja dalam tatanan itu:

Yohanes 2:18-19 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."

Di atas bumi di bawah langit, kali ini, itu dilontarkan kembali untuk di saat-saat paling kritikal ia menunjukan kebenaran “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Ini bukan masalah linguistik apalagi masalah logika sehingga begitu sukar dimengerti. Mereka mengerti apa yang dimaksudkan Yesus secara linguitik akan apakah gagasan yang ada di dalam pernyataan itu,sebagaimana tersingkap dalam respon orang-orang Yahudi: “Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya:"Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?- Yohanes 2:10." Apa yang tak dapat didekati secara linguistik dan logika adalah, bagaimana bisa itu harus dialami seorang Mesias yang seharusnya tak mengalami penderitaan dan kematian yang begitu hina? Sebab jika bait Allah adalah menunjuk pada tubuhnya, maka sebagaimana penghancuran bait Allah bukanlah peristiwa yang mendatangkan kewibawaan, martabat mulia, apalagi pemuliaan, maka pun dengan penghancuran tubuhnya [“Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri- Yoh 2:21]. Tak dapat dimengerti sama sekali dan mustahil.


Di atas bumi di bawah langit, para pengolok menantikan sebuah  tindakan korektif yang amat vital. Bahwa jika ia adalah Mesias apalagi Anak Allah, maka berperilakulah sebagaimana seharusnya dan jadilah terhormat dan hadirkanlah kemuliaan tergemilang agar pulih martabat dan kehormatannya di hadapan masyarakat Yahudi. Hal yang sejak semula dielak oleh Yesus:

Matius 26:53 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?


Di dalam dirinya bekerja secara penuh  sebuah tatanan  kehendak pemerintahan Allah pada bagaimana keselamatan dari-Nya harus berlangsung:

Matius 26:54 Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"

Bukan penggenapan literasi, tetapi penggenapan yang historis didalam ruang dan waktu dunia ini seturut maksud Allah itu sendiri sejak semula. Siapakah yang sanggup menghampirinya dan mendekatinya?


Bahkan kala mereka bukan saja berdiri menyaksikan tetapi berada  tepat di dalam ruang dan waktu “penggenapan yang tertulis dalam Kitab Suci,” sebaliknya apa yang didemonstrasikan oleh manusia adalah sebuah keterpisahan yang begitu mustahil untuk dijembatani oleh pihak manusia.  Terkait problem ini, Yesus pernah bersabda demikian:


Matius 13:11-15 Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.

Di bawah langit di atas bumi, Yesus dihadapan mereka dalam penyajian buah karya kegelapan hati mereka, sehingga tak mengetahui apakah sesungguhnya dilakukan oleh Yesus, yang mati-matian mereka tentang sebagai kebenaran yang divinitas. Bagaimana mungkin Mesias mati dalam cara demikian, semata menunjukan apapun yang tertulis di dalam Kitab Suci tak mereka ketahui [“Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu - Yoh 5:39-40], bagaikan orang buta sejak lahir sekalipun membaca bahkan berdialog dengan Sang Kristus,  menjadikan apa yang dapat mereka baca menjadi rahasia yang tak mungkin dipahami, sementara Yesus sendiri berkata bahwa apa yang sedang terjadi padanya di atas kayu salib itu sebagaimana telah ditulsikan dalam Kitab-Kitab Suci - di bawah langit di atas bumi- adalah hal yang dinantikan oleh para nabi kudus Allah:


Matius 13:17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.


Yohanes 8:51-59 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."




Sejatinya, Yesus memang begitu diragukan ditengah-tengah pengelu-eluannya. Sejauh Ia selaras dengan kehendak telinga dan mata mereka, maka pengelu-eluanlah yang dilimpah- ruahkan, namun, manakala Sang Kristus tak selaras dengan telinga dan mata mereka, maka Yesus tidaklah lebih besar daripada Abraham, apalagi Sang Mesias yang dinanti-nantikan untuk membebaskan Israel. Bagaimana bisa membebaskan Israel, jika membebaskan dirinya saja dari salib tak bisa? Sehingga inilah tantangan terakhir dari mereka bagi Yesus untuk dijawab. Menjawab  tantangan orang Yahudi di Bait Suci:


Yohanes 2:14-16, Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."… (18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."


Perilaku Yesus di Bait Allah, itukah perilaku Anak Allah dan Mesias? Inikah perilaku untuk seorang yang menyatakan dirinya Anak Allah dan Mesias:” membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya?” Apakah otoritas atau wewenang untuk menghancurkan tatanan-tatanan dalam Bait Allah dalam sebuah cara yang begitu penuh murka dan kekerasan dengan cambuk dari tali dan penjungkirbalikan meja? Sebuah kebencian yang begitu penuh murka atas apa yang sedang terjadi dalam pemandangan mata Anak Allah!


Di atas bumi di bawah langit, Anak Allah sedang menunjukan otoritas yang sedang dipertanyakan oleh mereka yang berkata kepadanya: “mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!- Matius 27:40."


Dibawah langit dan di atas bumi, para manusia bukan saja sedang melakukan pemeriksaan divinitas Kristus dalam sebuah cara yang tak terbayangkan oleh siapapun, meletakannya begitu akrab dengan maut. Permainan maut sedang dilangsungkan atas diri sang Kristus untuk membuktikan apakah ia hanya sesumbar akan dirinya begitu Tuhan?? Coba perhatikan hal ini:


Matius 27:41- 43 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah."



Sejak mula semua menginginkan Kristus harus mati karena telah begitu menghujat Allah dengan berkata “Aku adalah Anak Allah”:
Yohanes 10:32-33  Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."… (36) masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?



Persidangan Pilatus begitu penting untuk berjalan dalam kendali dan kehendak mereka agar mereka bisa melakukan sebuah pengadilan  ilahi terhadap Kristus. Sebuah persidangan yang sebetulnya juga sedang memaksa Allah menjadi bagian penghakiman mereka sebab berkata: “baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya!” Hal yang mustahil terjadi dan tak akan didengarkan oleh Allah dan dilakukan-Nya dalam cara bagaimanapun termasuk dalam argumen-argumen “masakan Allah tak menyelamatkannya atau masakan Allah membiarkan nabi-Nya dinista sedemikian rupa,” karena Sang Kristus telah bersabda:


Matius 26:53-54 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"


Orang-orang Yahudi menantikan perkenanan Allah atas Yesus berdasarkan pada apakah Allah akan membebaskannya dari Salib. Ini mengingatkan saya akan seorang pendeta terkenal di Jakarta yang berkata bahwa bukti Yesus berkenan di hadapan Allah jika Ia bangkit dari kematiannya. Terlihat sebuah keidentikan, bukankah? Hal yang begitu bertentangan dengan apa yang telah diungkapkan Yesus: “bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?” Jika kematiannya adalah sebagaimana yang tertulis di kitab suci dan harus terjadi demikian, maka kematiannya bukan sama sekali soal apakah dia berkenan di hadapan Allah atau bukan, sebaliknya itu adalah bukti bahwa Allah memang berkenan pada Allah.




Epistel Filipi bertutur mengenai divinitas kematiannya yang menunjukan kesucian Allah:

Filipi 2:8- 10 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,


Kematiannya adalah sebuah tindakan perendahan dirinya [menunjukan bahwa ia pada mulanya begitu mulia sebagai milik kepunyaannya sendiri] dan taat sampai mati [menunjukan bahwa ia sungguh-sungguh manusia yang sama dengan kita], taat sampai mati di kayu salib[ menunjukan bahwa kematiannya adalah sebuah penundukan diri pada kehendak Allah untuk dilakukannya di bumi ini sebagai manusia yang datang dari dan bekerja untuk menggenapi segenap kehendak Allah!]. Ini adalah kematian yang begitu mulia. Kematiannya sendiri adalah sebuah kemuliaan, sebab merupakan penggenapan apa yang telah dituliskan Kitab-Kitab suci. Sehingga apakah dasar untuk mempertanyakan kematiannya dalam nada-nada penuh keraguan bagaikan para pemimpin agama Yahudi tadi?


Yesus sendiri setelah kebangkitannya yang mulia, melakukan penekanan betapa mulianya kematiannya itu sendiri sejak permulaan dalam kekekalan:

Lukas 24:25-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.


Dimanakah terletak kemuliaan-Nya itu? Harus dimulai dengan penggenapan pada apa yang telah dituliskan para nabi!  Tak ada kaitannya dengan apakah itu sarana pembuktian bahwa Yesus itu berkenan pada Allah atau tidak. Hanya orang bodoh yang akan menentang kematian Yesus sebagai hal yang dikehendaki Allah  dan dinyatakan oleh Yesus adalah hal yang telah dituliskan para nabi!

Lukas 24:44-46 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,


Yesus adalah penggenap segenap Taurat dan Kitab Para Nabi [Matius 5:17 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.] hingga masuk ke dalam kematian yang membelenggu setiap manusia yang seluhur apapun ia di mata dunia ini. Hanya Yesus yang  memiliki keluhuran, kebenaran, kesucian bahkan di hadapan Sang Maut:


Ibrani 2:9 Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.


Ibrani 2:14 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;


Berdasarkan apakah Ia mengalami maut bagi semua manusia? Berdasarkan kasih karunia! Epistel Ibrani menggemakan kembali apa yang dikatakan oleh Yesus, bahwa kematiannya adalah apa yang telah dituliskan Allah melalui para nabi, hal yang harus terjadi berdasarkan kemauan Allah saja tanpa dasar yang dapat dikerjakan manusia, yang dalam ungkapan lain: “oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.” Tak ada sama sekali nuansa sebagai proses pembuktian bahwa ia  baru dibangkitkan jika terbukti taat atau lulus ujian yang disematkan Bapa padanya [ingatlah, ini bukan soal bagaimanakah Yesus berkenan pada Allah sebagai hal yang begitu terisolasi dari perencanaan Allah dalam kekekalan] seolah ia berbuat dosa seperti manusia; dengan kata lain: bahkan kematian yang dialami oleh Yesus itu sendiri adalah kasih karunia Allah sebab kematiannya akan mendatangkan keselamatan kepada siapa yang menjadi percaya kepadanya:


Yohanes 3:14-15 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Segala Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan


No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9