F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Yesus dan Inspirasi Kitab Suci (Bagian 2 Selesai)

Oleh :  Prof.Dr. Gary R. Habermas

[Bagian1] Lebih jauh, Injil-Injil mengindikasikan bahwa  Yesus tidak pernah mengakomodasi para pendengarnya… . Sebaliknya, kerap kali dia  secara telak bertentangan: Dia menggali pandangan-pandangan  salah  yang dianut oleh mereka yang mendengarkan dia… Singkatnya, Yesus telah  mengesahkan Perjanjian Lama. Bahkan, Yesus telah memberikan sebuah dasar untuk inspirasi Perjanjian Baru. Yesus telah membuat dua  macam janji kepada murid-muridnya bahwa Dia  telah memilih mereka sebagai saksi-saksi pribadinya dan bahwa kemudian mereka akan diinspirasikan  oleh Roh Kudus yang menuntun mereka kedalam seluruh kebenaran

Akomodasi Atau Keterbatasan?

Adakalanya  ditanyakan apakah Yesus mungkin  telah mengetengahkan sebuah konsep inspirasi  yang dia, secara pribadi, tidak menerimanya. Berangkali Yesus semata telah mengakomodasikan dirinya sendiri dengan berbagai pandangan yang ada  pada zamannya. Pada pandangan semacam ini, Yesus tidak  menerima doktrin inspirasi, tetapi berbicara seolah-olah dia melakukannya  agar tidak mengecewakan atau melemahkan  keyakinan-keyakinan relegius para pendengarnya.


Terkadang juga ditudingkan bahwa pengetahuan Yesus   terbatas. Berangkali dia  semata berpikir bahwa Kitab suci telah diinspirasikan, tetapi sebenarnya salah. Akan tetapi ada sejumlah alasan  utama untuk menolak anjuran-anjuran semacam ini.


Akan sangat membantu untuk mengingat asumsi kita  pada permulaan artikel ini bahwa kebangkitan Yesus telah  mengindikasikan bahwa Allah telah mengesahkan pengajaran-pengajaran Yesus. Tetapi untuk Allah melakukannya baik  pada asumsi yang menyatakan bahwa Yesus telah mengadopsi keyakinan  para pendengarnya yang salah atau bahwa  Yesus telah membuat dirinya salah akan menjadi  hal yang sangat problematik. Pada kedua kasus, Allah  akan mengesahkan pengajaran Yesus  yang salah! Lantas mengapa Allah  tidak membangkitkan orang-orang lain dari  kematian, meskipun  karena kesalahan-kesalahan mereka sendiri? Oleh karena itu, Allah membangkitkan Yesus dengan   untuk mengesahkan pengajaran-pengajarannya merupakan  rintangan yang luar biasa baik bagi teori-teori akomodasi dan keterbatasan untuk mengatasinya.



Lebih jauh, Injil-Injil mengindikasikan bahwa  Yesus tidak pernah mengakomodasi para pendengarnya dengan pengajaran-pengajarannya yang manapun. Sebaliknya, kerap kali dia  
secara telak bertentangan: Dia menggali pandangan-pandangan  salah  yang dianut oleh mereka yang mendengarkan dia. Ini jelas terlihat, sebagai contoh, dalam Khotbah di Bukit, yang terdapat dalam, Yesus berulang kali menantang keyakinan-keyakinan yang ada di eranya dan mengoreksi pemahaman mereka atas Perjanjian Lama. Juga Yesus kerap berkata menentang nabi-nabi palsu ( seperti Matius 5:21-48, Markus 13:21-23; Matius 7:15; 24:11). Contoh-contoh lain untuk koreksi ditemukan dalam catatan-catatan pengajaran Yesus[12].



Sehingga Yesus tidak mengakomodasi berita yang disampaikan kepada para pendengarnya, tetapi telah  membongkar keyakinan-keyakinan  yang salah. Juga harus disebutkan bahwa  hal ini dilakukan dalam cara yang berulang-ulang dimana Yesus  menekankan natur Kitab Suci dan mempergunakan otoritas kitab suci menjadi jauh lebih pas dengan keyakinan totalnya pada isi-isinya.



Menimbang pandangan bahwa pengetahuan Yesus terbatas  dan bahwa Dia pada dasarnya telah keliru ketika mengajar bahwa kitab suci telah diinspirasikan, pendekatan semacam ini juga dibebani dengan kesulitan-kesulitan yang berat. Sebagaimana telah kita kemukakan, sebuah sanggahan kuat: bahwa kebangkitan kemudian menjadi terlihat mengindikasikan bahwa Allah telah mengafirmasikan pengajaran-pengajaran Yesus yang salah dan menyesatkan. Hal ini saja menopang pandangan bahwa kesaksian Yesus tidak memiliki kesalahan sebagai akibat keterbatasan yang seperti apapun. Sebaliknya, kebangkitannya mengindikasikan bahwa pengajaran-pengajaran Yesus berwibawa dan  benar sepenuhnya, karena cara terbaik untuk memahami peristiwa ini  merupakan  stempel pengesahan Allah.



Sanggahan lain untuk tesis keterbatasan adalah: peristiwa setelah kebangkitan Yesus, tepat sebelum kenaikan ke surga, Yesus ternyata telah mengatasi keseluruhan keterbatasan  yang seperti apapun pada manusia. Pun, dalam Lukas 24:25-27, 44-48, Yesus masih mengajar pandangan yang sama seperti sebelum kematiannya. Lebih jauh, bahkan sebelum kematiannya, kita telah diberitahukan bahwa Yesus telah memperlihatkan pengetahuan supernaturalnya pada banyak kesempatan[13] , yang juga menentang keras keterbatasan semacam itu. Sehingga menjadi terlihat bahwa tesis keterbatasan juga   problematik  yang luar biasa.



Oleh karena itu, menggunakan baik teori akomodasi dan keterbatasan untuk menjelaskan pengajaran Yesus tentang inspirasi, kita diperhadapkan dengan sejumlah halangan-halangan serius. Pengesahan Alah atas pengajaran-pengajaran Yesus seperti telah dipertunjukan dengan kebangkitannya akan  secara kuat melawan kedua hipotesis tersebut. Bahkan, teks-teks Injil menyediakan banyak alasan lainnya  yang menolak kedua sangkaan tersebut. Banyak cara, Yesus dalam menggunakan Perjanjian Lama secara  kuat mengindikasikan pengesahan Allah yang kokoh, ketimbang melemahkan atau mengabaikannya.






Keilmuan  Kritikal Dan Inspirasi


Cukup aneh,  mengemukakan  potensi keberatan lainnya yang sebenarnya  menunjukan kepada kita apa yang  berangkali bahkan merupakan  sebuah argumentasi yang lebih kuat untuk inspirasi Alkitab ketimbang  cara  yang sejauh ini telah  kita jalani. Beberapa orang mungkin bertanya bagaimana kita mengetahui bahwa semua referensi  injil yang kita gunakan disini adalah kata-kata  yang persis dikatakan Yesus. Dapatkah apa yang tertulis itu, apapun yang  dipikirkan para penulis Injil, Yesus tidak pernah menyampaikan pandangan seperti itu, dan karenanya Dia tidak pernah mengajarkannya?



Berangkali laporan-laporan   tentang apa  yang Yesus percayai pada subyek ini sebenarnya tidaklah akurat. Tanyakan hal lainnya lagi, bagaimana kita  mengetahui bahwa seluruh argumen kita  pada dasarnya bukan sebuah bentuk kesalahan logika yaitu penalaran sirkular (apakah dan bagaimana Penalaran Sirkular itu, bacalah artikel sederhana ini) yang mengasumsikan bahwa Yesus benar-benar mengajarkan inspirasi Kitab Suci, seperti yang disampaikan Injil-Injil, tanpa mengetahui bahwa Yesus memang benar melakukannya?



Di awal, kita  telah mengasumsikan bahwa  ada  argumen-argumen bagus untuk  keandalan Kitab suci. Jika memang benar ini  adalah hal yang perlu dikaji, dan secara khusus  bila sejumlah teks-teks utama terkait padangan  Yesus mengenai inspirasi kitab suci terbukti kebenarannya  pada dasar-dasar semacam ini, maka orang akan  menanggapi keberatan ini dengan berargumentasi bahwa ini memberikan sebuah dasar yang  kuat  untuk klaim bahwa Yesus setidaknya memang benar-benar mengatakan apa yang dilaporkan teks injil. Kemudian jika  Allah telah membangkitkan   Yesus dari kematian, kita  juga harus mengingat bahwa  pengajaran-pengajaran Yesus pada subyek ini   masih akan dikonfirmasi. Tetapi   terlepas dari respon awal semacam ini, apakah ada dasar-dasar lain untuk menjawab keberatan ini?


Menariknya, bahkan para ilmuwan  kritikal/menentang hal ini, pada  umumnya mengakui bahwa Yesus meyakini bahwa Kitab suci adalah Firman Tuhan. Mengapa mereka harus menyetujuinya ketika ilmuwan-ilmuwan yang sama ini tidak berpikir bahwa   teks-teks tersebut, pertama-tama  telah diinspirasikan? Faktanya, mereka bahkan kerap menolak keandalan Kitab suci. Karena respon-respon mereka secara definitif  tidak mengasumsikan baik  inspirasi atau keandalan umum pada teks-teks  injil, untuk mempelajari alasan-alasan mereka mungkin nyata-nyata memberikan dasar-dasar tambahan bagi penerimaan keyakinan Yesus pada inspirasi.



Rudolf Bultman
Teolog yang menyangkali
Kebangkitan dan Mujizat Yesus
(1884-1976)
Credit : UMKC

Sebagai contoh, Rudolf Bultmann menyatakan bahwa  padangan Yesus terkait Perjanjian Lama, bahwa “Otoritas  kitab suci diterima segera baginya sehubungan dengan ahli-ahli taurat…” Bultmann menunjukan bahwa Yesus meyakini bahwa Allah telah berkata dan menyatakan kehendaknya melalui  tulisan-tulisan Perjanjian Lama, yang merupakan sumber-sumber orang percaya untuk iman dan praktek. Itu adalah teks Yesus,  baik  untuk menjawab   pertanyaan-pertanyaan dan menghadapi kesalahan-kesalahan mereka yang menentangnya. Disamping, bahwa Yesus telah menerima otoritas Kitab suci “hal ini dibuktikan  dengan diteruskan kemudian oleh Gerejanya.” Menariknya, Bultmann membuat daftar teks-teks seperti beberapa yang  telah disebutkan diatas untuk mendukung posisinya[14].




Terlebih belakangan ini, Bart Ehrman memberikan sejumlah spesifikasi terkait pandangan Yesus mengenai Kitab suci. Tidak mengherankan, Yesus menyampaikan ke sesamanya orang Yahudi banyak gagasan religius dan doktrin-doktrin teologis, termasuk keyakinan bahwa hukum Perjanjian Lama adalah pewahyuan khusus dari kehendak Tuhan.  Sesungguhnya mayoritas pengajaran Yesus ditarik  dari teks-teks kudus ini. Teks-teks (Perjanjian Lama) merupakan basis yang mendasari pandangan-pandangan religius yang dikemukakan Yesus [15]




Kemudian Ehrman mengutarakan bagaimana para  ilmuwan kritis memastikan bahwa ini memang benar-benar pengajaran Yesus. Walaupun “tujuan Ehrman bukan hendak menyatakan bahwa masing-masing dan setiap kisah-kisah tersebut pastilah akurat secara sejarah sebagaimana diberitakan ”sehubungan dengan otoritas Kitab suci, dia masih berpikir bahwa kita dapat mengambil pengajaran-pengajaran Yesus pada
credit : apologetics315
subyek ini, bagaimana  hal ini mungkin? Ehrman berpendapat bahwa posisi Yesus dapat ditentukan dari “banyak lapisan pada tradisi-tradisi kita,  yang bertebaran disepanjang tradisi-tradisi yang independen.” Ehrman menemukan kunci-kunci pengajaran Yesus pada Hukum Taurat dalam hal yang  dipikirkan oleh para ilmuwan kritikal  merupakan  empat sumber utama Injil: Markus, Q, M, dan Yohanes. Sehingga pengetahuan kita bahwa Yesus memang mengusung padangan ini pada Kitab suci sepenuhnya berakar dalam  tradisi kita. Oleh sebab itu dapat dipercaya sebagai historis[16].   Kesaksian  yang terdiri dari banyak bagian ini merupakan bukti yang kuat bahwa Yesus secara kokoh mengusung sebuah pandangan yang  tinggi terkait Kitab suci.




Kita sebenarnya dapat menguatkan poin-poin yang diajukan Ehrman disini. Menurut para ahli  yang  mengkritisi/menentang hal ini, berangkali dua bukti paling kuat dari tradisi-tradisi independen Injil adalah Markus dan apa yang disebut sebagai material Q (perkataan-perkataan Yesus yang ditemukan dalam Matius dan Lukas, tetapi tidak didalam Markus). Pada setiap tradisi yang ada dalam Markus dan Q, ada serangkaian kutipan-kutipan yang kaya mengindikasikan bahwa Yesus mengusung inspirasi Perjanjian Lama. Berangkali komentar-komentar paling krusial ditemukan dalam  Markus[17], sementara apa yang disebut teks-teks Q mencakup sejumlah contoh-contoh dimana Yesus secara jernih telah memperlihatkan kepada kita kepercayaan-Nya  pada banyak nas-nas Perjanjian Lama[18].


Sehingga para ahli kritikal seperti Bultmann dan Ehrman sering berpendapat  semacam ini: Yesus  jelas seorang Yahudi, sehingga  tidaklah mengejutkan bahwa dia  bersepakat  dengan pandangan-pandangan umum  orang Yahudi terkait natur dan otoritas Perjanjian Lama sebagai Firman Tuhan. Pandangan yang sama ini diteruskan oleh gereja perdana yang kemudian mengkonfirmasikan  perihal ini. Tetapi argumen terkuat adalah: bahkan kritik-kritik yang keras tidak  mengetahui secara pasti  pernyataan-pernyataan  injil manakah  persisnya yang benar-benar dibuat oleh Yesus dan  pernyataan-pernyataan manakah  dalam injil yang tidak dibuat oleh Yesus, masih tetap berdiri secara kokoh oleh  kehadiran  banyak komentar yang mengajarkan otoritas Kitab suci  di seluruh  sumber tradisi-tradisi yang independen dan banyak bagian.




Mengapa hal ini secara potensial merupakan argumentasi terkuat mengindikasikan bahwa  Yesus telah mengajarkan inspirasi Kitab Suci? Konklusinya berpijak pada sebuah  data yang minimal jumlahnya,  membuktikan kebenarannya  dalam cara yang baik dan  karena perihal ini  telah disetujui sebagai benar  olah para ahli yang kritikal tersebut[19]. Lebih lanjut, tidak membutuhkan sebuah argumen  yang berkepanjangan   untuk  keandalan Alkitab, atau untuk teks-teks ini  utamanya. Sehingga sebagai sebuah instrumen  apologetik,  menggunakan apa yang  dibolehkan  para pengeritik baik membangun apa yang berangkali merupakan argumen-argumen terbaik,   maupun hal yang membutuhkan argumentasi lebih sedikit.


Sehingga  para ahli yang kritikal ini telah menghasilkan sejumlah tambahan, pertimbangan-pertimbangan yang sangat kuat untuk memegang bahwa Yesus memang telah mengajarkan otoritas dan inspirasi Kitab suci. Apa yang membuat semua ini lebih memikat adalah: para ilmuwan ini  sangat jarang menganut pada doktrin inspirasi, dan  bahkan jarang menolak keandalan umum kitab suci. Namun demikian mereka masih berpikir bahwa adalah sebuah fondasi yang  kuat untuk menyatakan  bahwa Yesus telah mempercayai doktrin-doktrin ini.



Walaupun doktrin inspirasi Kitab suci biasanya telah ditolak oleh para teolog kritikal Karena  tidak menyukai pandangan Yesus, kita kini memiliki sejumlah dasar yang kokoh  yang menegaskan hal itu. Menggunakan baik   alur tradisional dan kritikal/menentang untuk menentukan bahwa Yesus secara sungguh-sungguh telah mengajarkan inspirasi, kita  dapat mengutarakan kembali asumsi kita pada awal artikel ini  yaitu jika Tuhan telah membangkitkan Yesus dari kematian, alasan yang paling tepat adalah untuk mengkonfirmasikan semua kebenaran  pada pengajaran Yesus[20]. Jika kita benar dalam hal ini, maka inspirasi Kitab suci  menjadi sebuah doktrin yang telah diverifikasi, telah diafirmasikan oleh Tuhan sendiri ketika Dia telah membangkitkan Yesus dari kematian.



PENTINGNYA DOKTRIN INSPIRASI
Apa yang tersisa adalah sejumlah komentar praktis terkait topik kita didalam artikel ini. Apakah yang mengikuti dari pengakuan bahwa Yesus telah mengajarkan inspirasi Kitab suci, secara khusus bila pandangan-pandangan Yesus telah dikonfirmasikan oleh bukti-bukti seperti kebangkitannya, mujizat-mujizat dan  penggenapan nubuat? Apakah perbedaan yang  semestinya  terjadi bagi kita hari ini, secara khusus dalam situasi-situasi pelayanan, atau ketika mendiskusikan Kekristenan dengan orang-orang yang tidak percaya, dan seterusnya?



Kita telah menyatakan argumentasi bahwa  Yesus telah menerima keandalan, otoritas, dan inspirasi Perjanjian Lama. Dia telah mengafirmasikan keakuratan Perjanjian Lama pada setiap kata dan teks dan bahkan huruf-hurufnya. Dia juga telah mengajarkan bahwa Kitab suci dapat menjaga kita dari kesalahan doktrinal.



Singkatnya, Yesus telah  mengesahkan Perjanjian Lama. Bahkan, Yesus telah memberikan sebuah dasar untuk inspirasi Perjanjian Baru. Yesus telah membuat dua  macam janji kepada murid-muridnya bahwa Dia  telah memilih mereka sebagai saksi-saksi pribadinya dan bahwa kemudian mereka akan diinspirasikan  oleh Roh Kudus yang menuntun mereka kedalam seluruh kebenaran. Para pengikut Yesus telah mengklaim  janji  inspirasi tersebut bagi diri mereka sendiri,dan juga telah mengakui bahwa janji yang sama telah dilanjutkan pada para penulis lainnya.



Tetapi perihal inspirasi Kitab suci, baik itu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tidak berhenti setelah pemeriksaan pengajajaran Yesus pada subyek ini. Fondasi utama yang menegakan pengajaran-pengajaran Yesus adalah kebangkitannya dari kematian. Peristiwa ini menyajikan konfirmasi Allah atas pengajaran-pengajaran  Yesus, karena Allah tidak akan membangitkan dari kematian seorang guru sesat atau palsu.



Walaupun kita tidak dapat mengulasnya lebih jauh pada artikel ini bagian argumentasinya, kita telah menunjukan bahwa ada sejumlah argumen-argumen yang  kuat secara eksponensial yang dapat dibuat untuk asumsi ini. Kita juga telah mengomentari alur serupa  dari argumentasi yang kita temukan dalam Kitab suci.




Bagaimana kebenaran-kebenaran semacam ini dapat diaplikasikan pada hari ini? Pertama, kesimpulan ini semestinya memperkuat iman dan kepastian orang-orang Kristen. Sekalipun tantangan-tantangan  kontemporer terhadap doktrin inspirasi Kitab suci, fondasinya dapat ditegakan secara kokoh. Jadi  bagaimanakah semestinya kita menangani tantangan-tantangan ini? Sebagaimana telah ditunjukan di waktu yang lampau oleh Benjamin B. Warfield, bukti bagi inspirasi adalah tak tersanggahkan, dan mengklaim terdapat ketaksesuaian didalam Kitab suci seharusnya hanya dipandang sebagai kesulitan-kesulitan yang harus dijelaskan dan dijawab[21]. Dengan kata lain, karena fondasi kita tetap saja berdiri secara kokoh, didasarkan pada pengajaran-pengajaran dan kebangkitan Yesus Kristus, kita dapat berharap bahwa ada jawaban-jawaban untuk kesulitan-kesulitan yang diajukan tersebut, bahkan jika kita tidak dapat segera menyadari  jawaban-jawaban tersebut[22].  Keraguan-keraguan religius lainnya dapat juga dijelaskan[23].



Kedua, bahkan sebagaimana  kesaksian Yesus terkait Kitab suci yang dikombinasikan dengan kebangkitannya dapat memberikan sebuah fondasi yang kokoh bagi kepercayaan kita dalam doktrin inspirasi, sehingga inspirasi Kitab suci pada gilirannya memberikan basis kerja   yang diperlukan bagi teologi Kristen. Manfaat-manfaat memiliki fondasi penunjang semacam ini adalah luar biasa. Diberikan sebuah fondasi yang kokoh, orang-orang  percaya bebas untuk membangun sebuah  sudut pandang Kristen, menjadi cermat untuk mendasarkan  gagasan-gagasan mereka pada hal sama yang telah dipancangkan oleh Yesus sendiri[24].



Ketiga, Yesus seringkali menggunakan Kitab suci sebagai bukti teks yang baik, Dia menggunakannya untuk  memperkuat pandangannya, demikian  juga sebagai sanggahan untuk pandangan-pandangan yang tidak tepat oleh orang-orang lain. Yesus bergantung pada Kitab suci untuk apa yang merupakan –sangat-sangat  merupakan Firman dari Allah . Meskipun memang benar bahwa orang-orang Kristen tidak memiliki  otoritas Ilahi yang sama seperti halnya Anak Allah, dan meskipun kita kerap melangkahi otoritas kita disini(sayangnya, bahkan kerap dilakukan sedemikian buruknya), manfaat ini juga sampai kepada kita. Berdasarkan pada teladan Yesus, kita dapat juga membangun posisi kita pada kebenaran Kitab suci, dan menggunakannya sebagai Panduan kita untuk mengevaluasi posisi-posisi  lainya. Aspek kuncinya disini, sebagaimana telah ditekankan, bahwa pendekatan ini membolehkan kita untuk memperlihatkan kebenaran  teisme Kristen kepada orang-orang tak percaya, bahkan kala mereka menggunakan metoda-metoda yang ktritikal (maksudnya menentang).



Keempat, Kitab suci juga menyediakan bagi orang-orang percaya sebuah Panduan yang telah diinspirasikan untuk mengejar pertumbuhan dan kekudusan. Kita dapat berpijak pada fondasi kita dan  harus mengambil langkah-langkah biblikal  yang telah dikemukakan untuk bertumbuh semakin dekat kepada Tuhan. Hal ini termasuk praktek-praktek disiplin Kristen yang  didasarkan pada Kitab Suci[25] . Seperti telah diingatkan oleh C.S Lewis, “orang  harus melatih kebiasaan Iman…tidak  akan keyakinan ini atau hal lainnya secara otomatis tetap tinggal hidup didalam benak. Harus diberi makanan”[26].



Singkatnya, doktrin inspirasi Kitab suci bersauh atau berjangkar pada pengajaran Yesus Kristus, dan didasarkan pada kebangkitannya. Kitab suci, pada gilirannya, berperan sebagai dasar-dasar bagi kepastian atau jaminan, menyediakan  hal-hal teologia  primer bagi kita, serta juga sebuah dasar untuk berbicara kepada orang  lain yang  tidak seiman dengan keyakinan-keyakinan kita, serta juga sebuah panduan bagi  kehidupan orang Kristen.


---Selesai---



Jesus  and the Inspiration of Scripture (2002). Faculty Publications and Presentations. Paper 94. Liberty Baptist Theological Seminary and Graduate School| diterjemahkan dan diedit oleh :Martin Simamora

Gary R. Habermas is Distinguished Professor and Chair of the Department of Philosophy and Theology at Liberty University.

Catatan-Catatan Kaki


12 For other examples, see Mark 7:6~ 16; Matt. 12:9~14; 15:1-14; 22:23-33:23:1·39; Luke 624~26.
13 Examples can be found in Mark 8:31; 9:31; 10:33-34; 13:1~2; Luke 5:4· 8; John 1 :47-51; 2:24-25; 4J6~19; 6:64; 11 :11; 18:4.
14 RudolfBultmann, Theology of the New Testament, trans. by Kendrick Grobe! (New York: Charles Scribners' Sons, 1951), vo1.1, 15-18.
15 Bart D. Elmnan, Jesus: Apocalyptic Prophet of the New Millennium (New York: Oxford University Press, 1999), 164~167.
16 Ibid.; 165 (emphasis added).
17 Of the many passages above from Mark, perhaps the major ones are 2:23·28; 7:5·13; 11:15·17; 12:10; 12:24·27; 12:36·37.
18 Compare Matt. 3:7-10/Lk, 3:7-9; Matt. 4:1~11ILk 4:1-13; Matt. 10:15!Lk. 10;12; Matt. 12:38.421Lk. 11:29·31; Matt. 23:32-361Lk. 11:49·51; Matt. 23:37-39ILk. 13:34·35; Matt. 11:10·15/Lk. 7:27·28 and Lk. 16,16; Matt. 24:37·391Lk. 17;26~30.
19 For the strength and  usefulness of what I  call "minimal facts" arguments,see Habermas, "Evidential Apologetics," 99-1 00, 186~ 190.
20 We might also mention that Jesus' resurrection is not the only evidence that has been used to show that what Jesus taught about inspiration was true. It has been argued that Jesus fulfilled Old Testament prophecies, or that He performed miracles, with either or both providing an alternative means of showing that He was God's accredited Messenger. An example of an argument from prophecy is Walter C. Kaiser, Jr" The Messiah in the Old Testament (Grand Rapids: Zondervan, 1995), An example of an argument from Jesus' miracles to the inspiration of Scripture is John H. Gerstner, A Bible Inerrancy Primer (Grand Rapids: Baker, 1965),
21 See Benjamin B. Warfield, The inspiration and Authority of the Bible (Philadelphia: Presbyterian and Refonned Publishing Company, 1948), 174.
22 One suggestion would be for Christians to acquire some textbooks that do an excellent job of exploring such challenges. A couple of examples are Norman L. Geisler and Thomas Howe, When Critics Ask: A Popular Handbook on Bible Difficulties (Wheaton: Victor, 1992) and Gleason L. Archer, Jr., Encyclopedia of Bible Dffitculties (Grand Rapids: Zonoorvan, 1982).
23 On this last topic, see Os Guinness, Doubt, Third Ed, (Batavia: Lion Publishing, 1987); Gary R. Habennas, Dealing with Doubt (Chicago: Moody, 1990); Gary R. Habermas, The Thomas Factor: Using Your Doubts to Draw Closer to God (Nashville: Sroadman and Holman, 1999).



24 See Gary R. Habermas, The Resurrection: Heart of New TestamentDoctrine, Vol. I (Joplin: College Press, 2000) for some thoughts on maklng the  resurrection the center of Christian theology, a spot it clearly occupies in the New Testament.
25 See Dallas Willard, The Spirit of the Disciplines: Understanding How Gad Changes Lives (San Francisco: Harper and Row, 1988); Richard J. Foster, Celebration a/Discipline: ThePath to Spiritual Growth, Rev. Ed. (San Francisco:Harper and Row, 1988); Gary R, Habennas, The Resurrection: Heart of theChristian Life, Vol. II (Joplin: College Press, 2000),
26 C.s. Lewis, Mere Christianity, Rev. Ed, (New York: Macmillan, 1952), 124.

No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9