F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Terang Dunia ( Yohanes 9:1-41) - Bagian 3 Selesai


Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini dan bagian 2 di sini



Oleh :  Bob Deffinbaugh, Th.M




Mengesampingkan untuk sesaat fakta bahwa orang ini memang benar-benar telah disembuhkan, dan disembuhkan oleh Yesus, mereka menyelediki pada cara kesembuhan. Berangkali dengan melakukan penyelidikan pada  hal ini akan memberikan kepada orang Farisi sebuah tumpuan dan dengan demikian memampukan mereka untuk menyudutkan Yesus. Dan itu sebabnya mereka mereka bertanya satu  kali lagi bagaimana mujizat itu terjadi.

Kesabaran orang ini telah menyingkirkan kejengkelan. Dia   sangat tahu sekali bahwa mereka hanya memiliki kepentingan untuk menemukan kesalahan Yesus. Orang ini membalikkan keadaan  investigatornya dan mengajukan  sebuah pertanyaan kepada mereka :” "Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?" (Yohanes 9:27).



Disini motivasi pihak Farisi terkuak telanjang. Mereka tidak mencari kebenaran, tetapi secarik bukti yang dapat mereka gunakan melawan Yesus, untuk membuktikan bahwa Dia bukan Mesias. Mereka tidak mencari untuk kepentingan mereka  apalagi  untuk kepentingan  orang banyak yang secara umum masih menganggap Yesus sebagai yang paling  pantas menjadi kandidat Mesias.



Kalimat   yang sedikit itu  “juga” berangkali signifikan, karena kalimat itu  telah memutuskan murid siapakah orang ini sesungguhnya. Kaum Farisi adalah para murid Musa, sementara orang  yang telah sembuh ini mengikut Yesus. Mengasumsikan bahwa tradisi-tradisi mereka menjadi bagian dari Hukum Tuhan,mereka berpikir bahwa Musa ada dipihak mereka. Ini juga bermakna bahwa Yesus adalah seorang pelanggar Sabat berdasarkan definisi mereka, dan Karena  itu, dengan definisi semacam itu, Yesus tidak dapat menjadi orang yang diutus Tuhan. Yesus pasti orang berdosa. Orang yang telah sembuh penglihatannya ini harus memilih antara Musa dan Yesus.  Hal penting yang gagal mereka perhatikan adalah, bahwa Musa, seperti halnya Yesus, telah diotentikkan sebagai utusan Tuhan oleh perbuatan-perbuatan mujizat yang telah dia pertunjukan.



Pengemis buta itu tidak hanya mendapatkan kembali penglihatannya, tetapi dia secara terus menerus mendapatkan wawasan  tentang apa yang ada didalam motif-motif para pemeriksanya. Mereka tidak memiliki ketertarikan pada fakta-fakta. Pikiran mereka  adalah rekayasa. Mereka pada dasarnya mencari  celah  yang ada pada fakta-fakta yang akan memberi ruang pada  ide-ide yang telah mereka persiapkan sebelumnya. Dengan wawasan semacam ini, dia membalikkan posisi, dan menempatkan kaum Farisi ini pada posisi bertahan. Orang buta yang telah sembuh ini memanifestasikan sebuah keberanian dalam kebenaran yang tidak tidak dapat salah.
(30) Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. (31) Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. (32) Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. (33) Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 9:30-33)


Jelas ada sebuah nada sarkasme dalam dakwaan terhadap orang Farisi oleh seorang yang telah disembuhkan ini. Bagaimana dapat mereka menyimpulkan bahwa Dia bukan yang dikirim dari Tuhan ketika Dia telah melakukan hal yang tidak pernah ada tercatat  nabi lain telah melakukannya? Bagaimana bisa mereka mempertahankan kedudukan mereka sebagai para pemimpin agama ketika mereka tidak memiliki penjelasan apapun tentang kehadiran  atau tindakan-tindakan Yesus? Posisi mereka sangat lemah dan tidak dapat dipertahankan sehingga orang biasa   yang tak  terlatih sekalipun dapat membidikan sasaran pada kelemahan mereka. Orang yang telah sembuh ini  kehilangan semua rasa hormat pada otoritas mereka, dan tidak lagi takut akan apapun penghukuman yang mungkin diganjarkan pada dirinya. Dia tidak ingin menjadi bagian agama mereka lagi. Biarkanlah  mereka menyingkirkan dirinya.



Orang-orang Farisi yang memandang dirinya memiliki kebenaran didalam dirinya dengan cepat dipatahkan. Semua penghakiman yang nampak adil dan halus disapu dengan bantahan telak dari mantan pengemis. Dalam debat antara pengemis dan  kelompok fanatik, pengemis ini menang. Hal ini terbukti dengan tanggapan mereka terhadap teguran tajamnya:



“"Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" (Yohanes 9:34)



Orang  Buta Melihat dan Orang Melihat Buta
(Yohanes 9:35-41)



Seperti halnya Yesus telah berinisiatif  atas pemulihan penglihatan orang buta ini, demikian juga Dia sekarang memberikan padanya penglihatan rohani. Juru selamat tidak mempercepat proses kelahiran rohani. Penyembuhan-Nya secara jasmani menggerakan prosesnya. Penentangan dari kelompok Farisi, jauh dari untuk mampu menghalangi pertobatannya, justru mendorong pada pertobatannya.  Kegagalan Farisisme terlalu nyata. Jika orang-orang Farisi salah, maka Yesus pasti benar.



Ketika  Yesus berjumpa dengan orang ini, Dia menanyainya, “Apakah kamu percaya kepada Anak Manusia?” (ayat 35)[ Ungkapan  ‘Anak Manusia’ memang dipilih oleh Yesus untuk menghindari, selama dalam masa penentangan  yang  intensif,  sebuah pernyataan yang  terang bawah Dia adalah Mesias. Orang buta ini memahami  implikasi-implikasi ungkapan ini, tetapi para penentang tidak dapat memahaminya. Untuk analisa yang lebih lengkap terkait ekspresi  “Anak Manusia,” lihat pada Leon Morris, The Gospel According to John, hal. 172-173.]. Dia  ingin  menerima Yesus sebagai  Juru bicara Tuhan, tetapi belum tahu siapakah Mesias. Dan karena itu dia bertanya siapakah Mesias, agar dia dapat percaya pada-Nya. Yesus, Orang yang telah mengadakan pemulihan bagi kedua matanya. Adalah orang yang telah diusir oleh kebebalan kaum Farisi, Orang yang kepadanya dia telah berbicara; orang ini adalah Mesias. Dengan hal semacam ini, orang yang telah sembuh ini tersungkur di kaki Yesus dengan pengakuan dan pengaguman atas pribadi-Nya. Dan dengan  berlutut  datanglah penglihatan  yang penuh dari seorang yang  buta, baik buta jasmani dan  rohani.




Tetapi selagi orang buta itu  menyembahnya, orang-orang Farisi menahan amarah dalam pemberontakan dan penolakan. Kedatangan Tuhan kita tidak hanya mengakibatkan pemulihan penglihatan pada orang buta, tetapi juga kebutaan pada mereka yang  mengaku dapat melihat :” Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta” (Yohanes 9:39).




Tidak ada kontradiksi dalam kata-kata yang diucapkan Tuhan kita dengan apa yang Dia katakan di tempat lainnya  terhadap dampak bahwa Dia tidak datang untuk menghukum manusia, tetapi untuk menyelamatkan mereka ( misal Yohanes 3:17; 12:47). Tujuan Tuhan kita dengan kedatangan-Nya ke dunia ini adalah untuk merampungkan keselamatan. Tetapi dalam proses kedatangan-Nya sebagai “Terang dunia” ( Yohanes 1:4; 8:12; 12:46), Dia telah menyingkapkan keberdosaan manusia. Mereka yang telah menolak terang dan menolak untuk berbalik dari dosa-dosa dan menerima pengampunan-Nya memeteraikan penghukumannya sendiri. Saya bisa pergi ke kantor saya saat malam larut untuk mengambil sebanyak mungkin buku yang saya perlukan, dan dalam prosesnya berjumpa dengan seorang perampok yang, karena saya menelpon polisi, ditangkap dan dihukum. Apa yang telah dilakukan pada satu tujuan utama  bisa  memberikan hasil yang berbeda. Sebagaimana  juga  halnya kasus ini dalam kedatangan Kristus sebagai terang dunia.


Orang-orang Farisi yang sekarang sedang mengawasi Yesus layaknya seekor  burung elang, mencari pelanggaran apapun pada peraturan-peraturan  mereka yang ketat, juga  tidak menolong, tetapi mendengarkan pernyataan Yesus dan bertanya,” "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?" (Yohanes 9:40).



Mereka, tanpa   ragu, berharap  pada  jawaban  sederhana “Tidak,” sementara menantikan sebuah jawaban yang menyengat “Ya.” Yesus telah menjelaskan kesalahan mereka dengan lebih  rinci. Mereka tidak  buta bila mereka menyadari isu-isu ini. Tetapi masalah mereka, adalah lemahnya bukti. Dosa mereka mewujud dalam penolakan mereka untuk mengakui bahwa  buktinya benar. Mereka telah menolak untuk membiarkan bukti itu untuk membujuk mereka sampai pada satu-satunya kesimpulan logis. Karena mereka telah mengklaim untuk  melihat isu-isu ini,mereka telah buta, dan oleh karena pengakuan mereka sendiri (ayat 41).



Kesimpulan dan Aplikasi Interpretasi   Historis


Sebagaimana saya memahami nas ini dalam konteks injil Yohanes, teks ini  memberikan sejumlah tujuan. Hal pertama, kesembuhan ini mengakreditasi klaim Yesus adalah ‘terang dunia,’ khususnya yang dinyatakan dalam Yohanes 8 ayat 12.. Mujizat ini telah mengotentikan klaim-klaim Yesus  adalah Kristus, sang Mesias, seperti  mujizat-mujizat Musa yang mengidentifikasikan dirinya  kepada Israel sebagai nabi. Orang buta ini melihat implikasi-implikasi kesembuhannya dan berlutut menyembah kepada Yesus. Ketika orang buta ini mengingatkan orang-orang Farisi, tidak ada catatan seorang manusia pernah mengalami kesembuhan penglihatan. Lebih dari ini, pemulihan penglihatan terhadap orang buta dipandang dalam Perjanjian Lama sebagai sebuah perbuatan  Mesias (bandingkan dengan Yesaya 29:18; 35:5  ; 42:7). Bukan  tanpa  singnifikansi bahwa Yesus dicatat melakukan  lebih banyak muizat memulihkan penglihatan daripada jenis penyembuhan lainya (bandingkan dengan Matius 9:27-31; 12:22 dan seterusnya; 15:30 dan seterusnya; 21:14; Markus 8:22-26; 10:46-52; Lukas 7:21 dan seterusnya).



Menambahkan pada  ketersediaan bukti untuk mempertahankan klaim-klaim Yesus, mujiza-mujizat Yesus secara  praktis telah memaksa manusia untuk  sampai pada sebuah keputusan mengenai dia.



Dalam bab ini, kita dapat melihat bahwa penyembuhan orang buta telah  menciptakan pemisahan pada mereka  yang mengamatinya. Beberapa orang tidak dapat menolak dorongan alami dari bukti tersebut, sementara yang  lainnya tidak dapat menerimanya. Tetapi dalam kedua kasus, bukti yang tersaji telah mendorong orang untuk menjauh dari “ titik netral.” Tidak seorangpun  tetap bersikap netral terhadap Yesus. Bahkan pihak lawan kelompok Farisi memaksa orang untuk mengambil sebuah sikap yang pasti akan hal ini.  Secara manusia, orang buta itu  tidak meragukan lagi kesembuhannya dimana kaum Farisi tidak memiliki pemikiran demikian akan  hal ini.


Implikasi dan Aplikasi


Nas ini sangat penting untuk disampaikan kepada manusia dewasa ini. Pertama, nas ini  ditujukan kepada  mereka yang berupaya  tetap netral terhadap isu  Yesus Kristus. Mari saya katakan  sesuatu, sobatku, bahwa tidak ada hal yang netral terkait  Yesus Kristus. Berupaya untuk tetap netral hanyalah sebuah cara  yang lebih canggih dalam menolak Yesus. Sebagaimana dikatakan Tuhan kami : “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup, tidak ada yang datang kepada Bapa kecuali melalui Aku” ( Yohanes 14:6).


Rasul Yohanes menulis :” Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup” ( 1 Yohanes 5:12)



Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan (Matius 12:30)




Mereka yang  menyatakan netralitas telah gagal untuk  menangkap kata-kata dari Kitab suci secara cukup serius. Mereka yang menyaksikan klaim-klaim dan tindakan-tindakan  Yesus telah mengetahui bahwa mereka harus baik itu   untuk  menerima Dia  karena Siapakah Dia sebagaimana klaim-Nya, atau secara bulat menolak Dia. Dalam hal ini, logika Farisi tidak terlampau jauh dari kebenaran. Jika Yesus bukan Anak Allah, Mesias Israel, Juru selamat dunia, maka Dia telah  dijauhi. Orang semacam ini dapat menjadi ancaman terhadap masyarakat. Tetapi  jika Dia  benar, maka manusia pasti  jatuh bersimpuh diahadapannya sebagai Pencipta  alam semesta, dan Penebus manusia yang kepada Dia segala hal diletakan dalam penguasaan-Nya (bandingkan dengan Filipi 2:9-11).


Apapun yang sedang anda lakukan saat ini, temanku yang belum membuat keputusan, jangan pergi  dengan mengangkat topi pada  Tuhan dengan mengakui bahwa Yesus adalah seorang manusia baik, seorang guru yang baik, sebuah teladan yang baik untuk diikuti. Jika Dia bukan Anak Allah, Dia adalah  seorang  penyaru, telah menipu dan sedang menipu. Jangan berikan  apa yang tidak layak bagi-Nya. Tetapi  jika, sebagaimana para penulis Injil  mengisahkannya bagi kita, Dia tidak hanya telah menyembuhkan orang buta dan membangkitkan yang mati, tetapi juga mengaku adalah Tuhan dalam daging manusia; maka anda harus menerima Dia sebagai Juru selamatmu atau menolak Dia sebagai seorang penipu. Tidak ada posisi di tengah-tengah. Anda  harus menghadapi kekuatan  daya tarik dari mujizat-mujizat dan pengajaran Yesus.


Saya harus melanjutkan untuk  berkata bahwa teks ini mengekspos alasan yang sesungguhnya mengapa manusia menolak Yesus sebagai Juru selamat mereka. Ini bukan soal masalah intelektual.  Mari saya katakan sekali lagi: ini bukan, pada akarnya, sebuah alasan intelektual yang karenanya manusia menolak Yesus. Ini adalah masalah moral. Tidak ada kecacatan pada bukti. Problemnya bahwa orang-orang Farisi telah menolak  bobot tak lazim dari bukti itu, karena bukti itu tidak selarasa dengan   ide-ide yang telah ada didalam benak mereka sebelumnya  untuk menjadi kesimpulan.  Itu adalah preposisi atau dugaan-dugaan mereka yang telah membunuh mereka (untuk berkata). Mereka telah  merancangkan sebuah sistem agama yang secara lahiriah terlihat memenuhi  pewahyuan Perjanjian Lama, tetapi sistem itu sebenarnya telah menempatkan Tuhan dibawah kontrol mereka. Alasan mereka telah menolak Yesus adalah  karena Dia tidak menyesuaikan dengan preferensi-preferensi mereka terkait seperti apakah seharusnya Tuhan itu. Mereka telah menciptakan sebuah Tuhan menurut  gambaran mereka, ketimbang menyelaraskan teologi mereka dengan apa yang telah disingkapkan didalam pribadi Yesus Kristus.


Dan seperti itulah dengan manusia dewasa ini. “Saya suka berpikir mengenai Tuhan sebagai…” Kata orang. Dan inilah yang menjadi masalah  mereka yang sesungguhnya. Tidak terlalu masalah bagaimana kamu ingin berpikir mengenai Tuhan.  Takdir-kenyataan yang telah ditentukan adalah: bahwa kita harus menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran ( Yohanes 4:23).



Ketika Tuhan tidak selaras dengan preferensi-preferensi kita, maka preferensi itu  harus menyerah terhadap penjelasan-penjelasan Firman Tuhan. Ada lebih dari cukup bukti didalam Firman Tuhan untuk meyakinkan manusia manapun yang terbuka  terhadap kebenaran (dan ini, tentu saja, pada puncaknya merupakan kerja kedaulatan Tuhan). Tidak ada  besaran bukti yang akan meyakinkan  orang yang telah ditetapkan sebelumnya tidak akan tunduk kepada Tuhan (bandingkan dengan Lukas 16:27-31). Manusia tidak menerima injil Yesus Kristus karena mereka tahu bahwa mereka pasti akan  menjalani sebuah transformasi gaya hidup yang radikal, dan memberontak melawan Tuhan adalah hal dimana kita tidak (secara alami) menghendaki untuk melakukan hal semacam ini. Itu sebabnya dalam analisa-analisa  final, keselamatan kita itu harus berasal dari Tuhan dan bukan berasal dari kita.



Selesai

The Light of the World (John 9:1-41) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9